Agung menambahkan sebanyak sembilan blok migas “gross split” dari lelang pada 2017-2018 itu, merupakan hasil lelang dengan mekanisme penawaran langsung.

Dengan penawaran langsung, maka blok migas yang dilelang diusulkan perusahaan setelah sebelumnya dilakukan studi bersama (joint study) yang melibatkan akademisi.

Selanjutnya, blok migas penawaran langsung tersebut dilelang Kementerian ESDM dengan memberikan hak menyamakan penawaran (right to match) kepada perusahaan yang telah melakukan “joint study” penyiapan blok migas.

Sementara, dengan mekanisme lelang reguler, tidak melalui kegiatan “joint study” oleh perusahaan.

Komitmen Rp14 triliun Agung juga menambahkan dari 25 kontrak migas “gross split” itu, total komitmen pasti investasinya mencapai sekitar satu miliar dolar AS atau Rp14 triliun.

Nilai investasi tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Komitmen pasti investasi satu miliar dolar AS ini sangat besar. Selain itu, karena ini pakai ‘gross split’, maka proses eksekusi investasinya akan jauh lebih cepat, sehingga penemuan cadangan baru juga tentu akan lebih cepat,” ujarnya.

Menurut dia, tren positif peningkatan minat investasi migas Indonesia juga terlihat dalam dua tahun terakhir.

“Menariknya, semua investasi yang tercermin dalam komitmen pasti tersebut menggunakan skema ‘gross split’,” katanya.

Jika pada 2017 dan 2018 sebanyak sembilan blok migas ditetapkan sebagai pemenang lelang, lanjutnya, maka kondisi dua tahun sebelumnya justru berbanding terbalik, tidak ada satu pun blok migas yang ditawarkan dengan skema “cost recovery” laku dilelang.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby