Jakarta, Aktual.com — Rencana pemerintah untuk menurunkan harga daging sapi menjelang bulan ramadhan dan hari raya idul fitri ini menjadi hanya Rp80 ribu dirasa sebagai kebijakan tak masuk akal bagi para pedagang daging sapi.
Pasalnya, kebijakan untuk menurunkan harga daging sapi itu diatasi dengan melakukan impor daging sapi beku. Kebijakan ini dikritik banyak pihak, termasuk para kalangan pelaku impor daginh sapi.
Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Impor Sapi (ASPIDI), Thomas Sembiring kebijakan ini dirasa janggal, apalagi daging beku yang diimpor itu adalah daging dengan kualitas yang tidak baik.
“Kenapa tidak dilanjutkan saja kebijakan impor sapi bakalan? Kenapa harus diganti dengan kebijakan impor daging beku? Pergeseran pola impor ini terasa aneh, apa motifnya?” kata dia mempertanyakan kebijakan inpor daging beku seperti dalam keterangan yang diterima, Minggu (5/6).
Thomas menuturkan, apalagi memang kalau pemerintah akan mengimpor 27.400 ton daging beku, kenapa pemerintah hanya menyetujui impor sapi bakalan pada kuartal dua tahun ini sebanyak 250.000 ekor dari permintaan 500.000 ekor lebih.
“Bukankah dengan mengimpor sapi bakalan, akan ada nilai tambah yang diperoleh?” tegas dia lagi.
Jika pemerintah ngotot dengan kebijakan impor daging beku ini, jangan-jangan memang ke depannya pemerintah akan mengubah total kebijakan impor ke daging sapi beku.
“Berarti nanti tidak akan ada lagi impor sapi bakalan. Ini tentu sangat disayangkan,” cetus Thomas.
Dengan kebijakan itu, Thomas mengkritisi bahwa perencanaan importasi yang dilakukan pemerintah tidak akan berjalan dengan baik. Apalagi memang, impor daging beku akan dilaksanakan pemerintah melalui BUMN dan swasta. Atau bisa jadi ada impor baru yang diuntungkan dengan kebijakan ini.
“Kami dari kalangan importir tidak kenal pihak swasta yang dapat impor daging beku ini. Saya rasa ini aneh. Ada perusahaan yang tiba-tiba dapat porsi impor, padahal belum punya pengalaman sama sekali,” jelas dia.
Bahkan dia menuding, kebijakan ini bisa jadi akan memunculkan pelaku importir dan spekulan baru. Pasalnya, importir baru itu tidak tahu-menahu soal tata niaga daging sapi di Indonesia.
“Jadi tidak akan efektif kebijakan ini. Dan jangan berharap harga daging sapi akan murah, jika tidak ada kebijakan swasembada sapi,” cetusnya.
Thomas juga mempernyataan harga daging bagian manakah yang dianggap bagus dan akan diimpor. “Jadi, kualitas daging seperti apa yang akan diimpor? Selama ini harga daging sekitar Rp. 120.000,- per kg adalah daging segar bagian paha belakang saja. Padahal daging beku dan daging sapi jenis lain di pasaran harganya jauh lebih murah,” tandas dia.
Ia juga mempertanyakan masalah distribusi yang seolah Jakarta sentris. Mengingat rencana distribusi daging impor tersebut adalah di wilayah Jakarta. Sementara harga daging di wilayah lainnya dibiarkan tinggi. Selain itu, siapakah sebenarnya masyarakat yang diuntungkan dengan berbagai operasi pasar yang dilakukan oleh pemerintah?
“Lanta bagaimana pemerintah mengatur distribusi daging yang diimpor tersebut. Sebagian penduduk akan mudik ke kampung pada saat lebaran, sehingga apabila daging murah hanya tersedia di Jakarta, tentu saja kebijakan ini menjadi tidak produktif,” pungkas dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid