Kelompok tersebut diduga berasal dari Dewan Militer Misurata, yang menolak kepulangan warga Tawergha ke kota mereka.
Pada 26 Desember 2017, Serraj mengumumkan bahwa 1 Februari akan menjadi tanggal bagi kepulangan orang Tawergha ke kota mereka, yang mereka tinggalkan beberapa tahun lalu.
Namun, kepulangan itu terhenti setelah kelompok bersenjata dari Misurata menolak mereka memasuki kota tersebut, meskipun kenyataan kedua kota yang bertetangga itu menandatangani kesepakatan perujukan yang ditaja PBB pada Agustus 2016.
Selama aksi perlawanan, sebagian warga Tawergha bersekutu dengan pasukan mantan presiden Muammar Gaddafi melawan gerilyawan di Kota Misurata, yang berdekatan.
Setelah rejim Gaddafi digulingkan, warga tersebut, yang dituduh oleh warga Misurata secara aktif ikut dalam memerangi mereka, meninggalkan rumah mereka ke kota besar lain di Libya. Sejak itu, mereka telah menjadi pengungsi di dalam negeri mereka.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Andy Abdul Hamid