Seorang buruh pelabuhan memperhatikan sejumlah beras impor asal Thailand yang diturunkan dari kapal saat tiba di Pelabuhan Tenau Kupang, NTT Kamis (25/2). Kapal tersebut membawa 15.000 ton beras impor asal Thailand yang dimanfaatkan Bulog Divisi Regional Nusa Tenggara Timur untuk kegiatan operasi pasar jika terjadi gagal tanam akibat El Nino . ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/nz/16.

Jakarta, Aktual.com — Pemerintah Thailand berencana menjual sisa 11,4 juta ton stok beras dalam waktu dua bulan, manajemen pengurus beras negara itu mengatakan, penjualan mulai dilakukan pada minggu depan.

Negara eksportir beras terbesar kedua di dunia setelah India itu telah memutuskan mengganti skema untuk mengurangi stok cadangan beras setelah skema jual-beli beras di bawah pemerintahan sipil sebelumnya.

Pemerintahan militer yang mengambil alih kekuasaan setelah Mei 2014 melalui kudeta telah melelang 5,05 juta ton beras dengan nilai USD1,5 miliar melalui beberapa tender.

Beberapa pedagang merasa pesisimis akan kemampuan pemerintah untuk menjual sisa persediaan hanya dalam waktu dua bulan. Pemerintah sebelumnya mengatakan target tersebut akan tercapai pada akhir 2017.

“Lelang akan dimulai minggu depan, dengan satu juta ton beras untuk setiap lot. Kami bertujuan untuk melelang semua ini dalam waktu dua bulan,” kata sekretaris tetap kementerian perdagangan, Chutima Bunyapraphasara, yang juga menjabat sekretaris dewan manajemen beras seperti dilansir VOA, Selasa (26/4).

Chutima mengatakan stok beras yang tersisa senilai lebih dari 100 miliar baht atau setara USD2,8 miliar

Supachai Vorraapinyaporn, presiden Tanasan Beras Group yang merupakan eksportir beras terbesar ketiga Thailand, mengatakan target pemerintah tersebut dalam waktu dua bulan tidak mungkin.

“Ini adalah satu juta persen tidak mungkin, mengingat lelang bulanan sebelumnya yang hanya sekitar 400 ribu ton, mungkin mereka maksud dua tahun bukan dua bulan” kata Supachai.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan