Pemukim ilegal Israel membunuh 72 domba warga Palestina dengan meracuni air minum ternak tersebut di barat laut Jericho, Tepi Barat yang diduduki, pada Sabtu (14/9/2024). Komunitas Badui semakin terancam oleh para pemukim ilegal Israel. Mereka telah membunuh 19 warga Palestina, melukai lebih dari 785 lainnya, dan menggusur 28 komunitas Badui. / ANTARA/Anadolu/py

Istambul, Aktual.com – Pemukim ilegal Israel membunuh 72 domba warga Palestina dengan meracuni air minum ternak tersebut di barat laut Jericho, Tepi Barat yang diduduki, menurut seorang aktivis pada Sabtu (14/9).

Hassan Mleihat, pengawas umum Organisasi Al-Baydar untuk Pembelaan Hak-hak Badui, mengatakan kepada Anadolu bahwa pemukim di wilayah Arab al-Mleihat sengaja mencemari pasokan air yang digunakan oleh dua penggembala setempat, Suleiman dan Mohammed Ali Mleihat, untuk ternak mereka.

“Serangan ini merupakan bagian dari rangkaian serangan yang terus-menerus dilakukan oleh pemukim ilegal yang bertujuan menekan dan memaksa petani Palestina meninggalkan tanah mereka,” kata Mleihat.

Dia menekankan bahwa komunitas Badui semakin terancam oleh para pemukim sebagai bagian dari kebijakan pemerintah Israel yang lebih luas untuk menggusur komunitas-komunitas tersebut.

Menurut Komisi Perlawanan Terhadap Kolonisasi dan Tembok pemerintah Palestina, sejak 7 Oktober 2023, pemukim Israel telah membunuh 19 warga Palestina, melukai lebih dari 785 lainnya, dan menggusur 28 komunitas Badui.

Dalam insiden lain pada hari yang sama, pemukim Israel dari permukiman Atarot, yang terletak di dekat desa Umm Safa, utara Ramallah, mulai meratakan tanah dan mendirikan tenda di wilayah Palestina.

Marwan Sabah, kepala dewan desa Umm Safa, mengatakan bahwa tindakan tersebut adalah bagian dari upaya yang lebih besar untuk merebut tanah yang mencakup sekitar 500 dunam (123 hektar).

“Para pemukim melakukan ini di bawah perlindungan tentara Israel, yang memungkinkan mereka untuk terus merampas tanah,” tambah Sabah.

Ia mencatat bahwa selama bertahun-tahun, otoritas Israel telah menyita hampir 4.000 dunam (1.000 hektar) tanah di desa tersebut dengan berbagai alasan.

Umm Safa diklasifikasikan sebagai Area C berdasarkan Kesepakatan Oslo, yang berarti berada di bawah kendali penuh Israel dan sangat rentan terhadap penyitaan tanah.

Sabah menyerukan intervensi internasional untuk menghentikan para pemukim mengambil alih tanah tersebut. Warga Palestina setempat menggelar aksi protes di Umm Safa untuk mengecam serangan tersebut serta dukungan tentara Israel terhadap aksi para pemukim.

Populasi pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur, kini melebihi 720.000, menurut perkiraan Israel.

Ketegangan terus meningkat di seluruh Tepi Barat di tengah serangan militer Israel yang menghancurkan Gaza, yang telah menewaskan hampir 41.200 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak 7 Oktober lalu.

Setidaknya 703 orang, termasuk 159 anak-anak, telah tewas dan lebih dari 5.700 orang terluka akibat tembakan Israel di Tepi Barat, menurut Kementerian Kesehatan.

Peningkatan kekerasan ini terjadi setelah opini bersejarah dari Mahkamah Internasional pada 19 Juli, yang menyatakan pendudukan Israel atas tanah Palestina selama puluhan tahun sebagai tindakan ilegal dan menyerukan evakuasi semua permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Sandi Setyawan