Buruh angkut menurunkan beras impor Vietnam dari sebuah kapal di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11). Ribuan ton beras impor dari Vietnam telah masuk ke tanah air, beras impor tersebut digunakan untuk menjaga cadangan pangan seiring menipisnya stok beras saat ini. Pelaksanaan impor beras dilakukan untuk memenuhi persediaan stok beras di beberapa daerah. Akibat El Nino, panen pun mundur karena kekeringan. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com – Pengamat ekonomi Fithra Faisal Hastiadi mengatakan bahwa impor pangan bukan merupakan hal yang tabu karena dilakukan setiap negara yang terlibat dalam perdagangan internasional.

“Impor itu bukan hal yang tabu. Semua negara pasti impor. Tidak ada negara yang tidak impor karena memang ini mekanisme ‘supply and demand’,” katanya, Selasa (19/2).

Fithra menjelaskan setiap negara yang melakukan kegiatan perdagangan internasional pasti melakukan impor, meski terjadi perdebatan di Indonesia terkait perbedaan data.

Pengajar FE Universitas Indonesia ini menilai impor masih dilakukan sebagai upaya untuk stabilisasi harga agar tidak mengganggu daya beli masyarakat dan laju inflasi tetap terjaga.

Namun, apabila pemerintah menyatakan terdapat surplus produksi beras sebanyak tiga juta ton pada 2018 dan harga masih mengalami kenaikan, hal itu terjadi karena biaya logistik yang mahal.

“Seharusnya harga sudah bisa stabil dengan sendirinya kalau memang itu bisa didistribusikan dengan baik. Permasalahannya mungkin kita bicara mengenai ongkos logistik yang mahal,” katanya.

 

Artikel ini ditulis oleh: