Jakarta, aktual.com – Direktur Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo mengatakan, keberadaan buzzer jangan selalu dianggap negatif karena seringkali juga mereka menyuarakan hal positif bahkan membela isu isu nasionalisme dan melawan kelompok intoleran, kelompok yang ingin memisahkan diri dari Indonesia. Hadirnya buzzer ini juga karena buah demokrasi, media sosial, keterbukaan informasi dunia digital.
Kata Karyono, siapapun bisa diorganisir sebagai kelompok, untuk digunakan baik politik maupun yang lain. Bisa digunakan untuk kepentingan apapun, bahkan sering sekeli buzzer digunakan untuk kepentingan tertentu.
Namun demikian, perspektif buzzer menjadi negatif bila digunakan untuk kelompok tertentu dalam hal ini menyerang pemerintahan. Sebaliknya, ketika ada suara positif, malah pemerintah yang dituduh memelihara buzzer.
“Kadang tidak fairnya, pemerintah dituduh mengorganisir, atau memelihara. Padahal pihak oposisi yang kerap menggunakan buzzer untuk menyerang pemerintah,” ungkap Karyono ketika dihubungi wartawan di Jakarta, Minggu (14/2/2021).
Begitu juga, kata dia, kekuatan kelompok garis keras, menggunakan buzzer untuk mendowngrade pancasila, lalu seakan meninggikan idiologi lain, hal itu dilakukan kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin