TOPSHOT - An aerial view shows the earthquake and tsunami devasted neighbourhood in Palu, Indonesia's Central Sulawesi on October 1, 2018. - The death toll from the Indonesian quake-tsunami nearly doubled to 832 but was expected to rise further after a disaster that has left the island of Sulawesi reeling. (Photo by JEWEL SAMAD / AFP)

Palu, Aktual.com – Ribuan pengungsi di bagian Timur Kota Palu berdekatan di bawah kaki Gunung Masomba dan Bulili, butuh air bersih untuk dikonsumsi di lokasi pengungsian.

Mereka membutuhkan air bersih sejak Sabtu (29/9) pascagempa mengguncang Kota Palu.

“Kami disini susah air. Susah sekali,” ucap pengungsi warga Kelurahan Petobo, Andi di lokasi pengungsian di Ngatabaru, Jumat (5/10).

Banyak warga Kelurahan Petobo, Tanamodindi, Birobuli, dan ribuan orang di bagian Timur Sungai Palu juga mengungsi di lokasi tersebut.

Wilayah di atas tanggul Petobo yang roboh, tandus dan kering, hingga di Desa Ngatabaru. Untuk mendapatkan air di wilayah itu harus menggunakan mesin dap dan menancap pipa sedalam 60 meter.

“Makanan hanya ada secukupnya, tapi air sama sekali tidak ada,” ujar pengungsi.

Untuk mendapatkan air, mereka harus pergi mencari air di Desa Mpanau Biromaru, Desa Parovo dan Loru hingga Desa Pombewe dan ke Kelurahan Kawatuna, atau ke arah Timur.

Mereka berupaya bertahan hidup dengan mengkonsumsi air sungai yang warnanya kuning kecoklatan namun tidak berbau.

Air itu mereka ambil untuk di konsumsi, mandi serta mencuci pakaian dan piring.

Menurut pengungsi di lokasi pengungsian perhatian Pemerintah Kota Palu sangat minim. Pemerintah tidak memperhatikan warganya yang mengungsi di pinggiran Kota Palu dan dibawah kaki gunung.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: