Meskipun masih ada aliran listrik, tetapi saat gempa 6,9 Skala Richter terjadi pada Minggu (19/8) malam, keadaan gelap gulita karena listrik terputus.

“Yang kami takutkan itu kalau gempa terjadi malam hari karena suasana gelap,” jelasnya.

Sejak gempa terjadi pertama kali di Lombok pada Minggu (29/7) dengan kekuatan 6,4 Skala Richter. Adi bersama kerabat dan tetangganya sudah mulai menempati tenda-tenda karena khawatir rumahnya roboh.

Awalnya, mereka membangun tenda di sebuah tanah kosong di dekat pekuburan. Karena anak-anak mereka tidak tenang, akhirnya mereka pindah menempati kebun bawang milik salah satu warga.

Sebagian besar masyarakat Desa Sajang memang bertani dan berkebun. Mereka menanam bawang merah, bawang putih dan sayuran lainnya. Sebagian lagi bekerja sebagai pemandu bagi pelancong yang ingin naik ke Gunung Rinjani.

Saat ditanya apakah mereka sudah menerima bantuan, Adi mengatakan mereka sempat menerima bantuan setelah gempa pertama kali terjadi.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid