Jakarta, Aktual.com– Beberapa kali di antara kita melihat bahkan hadir dan ikut sebagai peserta dalam beberapa diskusi atau seminar yang membahas tentang tokoh tasawuf ataupun pemikirannya. Akan tetapi, banyak di antara kita, justru tidak mengamalkan apa yang telah dipaparkan oleh tokoh-tokoh tasawuf tersebut.
Bahkan dalam sebuah riwayat Sayidina Ali Ra. menyebutkan bahwa “Seorang alim baru bisa disebut alim hingga ia beramal dengan ilmunya,” inilah yang menjadi pembeda antara tasawuf yang hakiki dengan tasawuf yang hanya tentang teori-teori semata.
Dalam kesempatannya Buya ar-Razi membahas tentang tasawuf yang bukan hanya diisi dengan teori-teori semata. Beliau berkata, “Ilmu tasawuf bukan hanya berkaitan dengan teori semata. Akan tetapi Tathbiq ‘Amali,”
Selanjutnya, beliau menjelaskan bahwa ulama membagi ilmu tasawuf ini dalam dua kategori yaitu tasawuf ‘Ilmiyun Nazhoriyun, tasawuf yang hanya membahas tentang teori-teori semata dan tasawuf ‘Ilmiyyun ‘Amaliyun, tasawuf yang membahas tentang ilmu dan juga mengamalkannya.
Beliau mengibaratkan seseorang yang belajar tasawuf tanpa diamalkan seperti halnya seorang yang membaca 1000 macam kitab tentang pernikahan dan nikmat-nikmat di dalamnya. Akan tetapi, ia sama sekali belum menikah, untuk merasakannya saja belum.
Tasawuf teoritis yang hanya membahas tentang teori-teorinya saja hanya berujung menjadi dosen atau pemangat tasawuf semata dan ia akan membangga-banggakan keintelektualannya saja tanpa mendapatkan inti dari ilmu tasawuf tersebut. Tentu, hal tersebut berbeda jauh dengan pengamal tasawuf yang hakiki.
Selanjutnya Buya ar-Razi menceritakan pengalamannya saat menghadiri seminar tasawuf yang dihadiri oleh beberapa professor, dosen-dosen, pengamat dan seorang mursyid tarekat syatariyah. Mursyid tersebut tidak seperti yang lainnya, yang memiliki pendidikan cukup tinggi.
Saat professor diberikan waktu untuk mengisi kajian seminar tersebut hadirin yang ada merasa sangat bosan dan ada beberapa yang mengantuk. Akan tetapi, saat Mursyid diberikan waktu untuk berbicara ia menjelaskan bab zikir dan mahabbah. Seketika itu, para peserta yang tadinya mengantuk dan bosan langsung menyimak dengan fokus apa yang disampaikan Mursyid tersebut.
Itulah yang menjadi perbedaan antara tasawuf teoritis dengan tasawuf ‘amali. Karena, pada hakikatnya tasawuf merupakan salah satu ilmu amaliyah bukan hanya sekedar ilmu teori saja. Lalu beliau berkata, “Mari kita hidupkan diskusi-diskusi tasawuf praktek dan mengamalkan isi dari kitab tasawuf.”
Wallahu a’lam
Dikutip dari Channel Youtube Café Rumi Jakarta
(Rizky Zulkarnain)
Artikel ini ditulis oleh:
Arie Saputra