Jakarta, Aktual.com — Kebutuhan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) meningkat menjelang ramadhan dan lebaran. PT Pertamina (persero) mengaku membutuhkan biaya importasi BBM hingga USD500 Juta per hari atau sekitar Rp6,5 triliun/hari.
Energy Watch Indonesia (EWI) menilai pada Era Karen Agustiawan, kebutuhan dolar AS untuk importasi BBM hanya USD100 juta. Tingginya kebutuhan dolar AS tersebut menggerus devisa dan menyebabkan kurs rupiah enggan turun.
”Angka yang dibutuhkan pertamina hingga mencapai USD500 juta/hari sangat tidak masuk akal, itu terlalu besar. Kenaikannya terlalu tinggi, seolah kebutuhan kita sudah 100 persen impor, sementara kilang minyak kita sebagian masih berfungsi,” ujar Direktur EWI, Ferdinand Hutahaean kepada Aktual di Jakarta, Jumat (19/6).
Dirinya pun tidak yakin dengan angka yang disebutkan Dirut Pertamina tersebut. Pasalnya, angka tersebut terlalu tinggi kecuali kita impor 100 persen.
“Sebaiknya Pertamina menghentikan opini-opini yang menutupi ketidakmampuan direktur utama Pertamina Dwi Soetjipto mengelola sektor energi. Ini menjadi seperti sebuah lelucon bodoh ditengah rencana pengalihan Petral-PES ke ISC-Pertamina,” jelasnya.
Menurutnya, jika angka ini benar artinya kurs rupiah dalam ancaman besar, rupiah bisa semakin terjerumus. Importasi BBM akan semakin besar. Sudah seharusnya, tim ekonomi dan energi Kabinet Kerja dievaluasi.
“Kurs Rupiah dalam ancaman besar, rupiah bisa semakin terjerumus. Ini kegagalan tim ekonomi kabinet kerja, harus segera dievaluasi agar ekonomi bisa berjalan dengan benar dan tidak berdampak pada krisis ekonomi,” pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, kebutuhan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) meningkat menjelang ramadhan dan lebaran. PT Pertamina (persero) mengaku membutuhkan biaya importasi BBM hingga USD500 Juta per hari atau sekitar Rp6,5 triliun/hari.
Untuk mencukupi kebutuhan BBM di bulan ramadhan dan lebaran yang meningkat hingga dua juta barel per bulan, Pertamina membutuhkan dolar AS sekitar USD400-500 juta per hari. (Baca: Gerus Devisa, Pertamina Butuh USD500 Juta)
“Sehari rata-rata Pertamina membutuhkan USD400-500 juta untuk importasi BBM,” tambahnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka