Tuntutan Pencabutan Permen 23

Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) menuntut Kementerian ESDM mencabut Permen Nomor 23 Tahun 2018. Presiden FSPPB, Arie Gumilar mengatakan; Permen itu tidak mencerminkan keberpihakan kepada BUMN untuk memberikan pelayanan kepada rakyat. Sebaliknya tegas Arie, Permen itu sebagai wujud keberpihakan pemerintah kepada asing, khususnya pada kasus Blok Rokan, Permen itu dianggap sebagai wujud keberpihakan Kementerian ESDM kepada perusahaan Chevron asal Amerika Serikat.

“Kami menuntut batalkan Permen ESDM Nomor 23 Tahun 2018 yang tidak mencerminkan keberpihakan pada kepentingan rakyat. Permen 23 lebih berpihak kepada kontraktor asing atau kontraktor eksisting untuk melanjutkan kontraknya,” kata Arie.

Arie mengancam jika pemerintah tetap memberikan Blok Rokan itu kepada CPI, Serikat Pekerja akan melakukan aksi demonstrasi secara besar-besaran termasuk aksi industrial mogok kerja. Sebab tegas Arie, bagaimanapun pemerintah harus bertanggung jawab untuk memberi dukungan kebijakan terhadap Pertamina yang sedang terpuruk. Demikian keadaannya tukas Arie, tak lain akbiat Pertamina menjalankan penugasan dari pemerintah yang merugikan keuangan perusahaan.

Baca juga:http://www.aktual.com/premium-makin-langka-salah-siapa/

“Keuangan Pertamina terganggu akibat penugasan dari pemerintah untuk penjualan Premium dan BBM satu Harga. Nah Blok Rokan mau dikasih ke Chevron. Blok Rokan itu menyumbang 28 persen dari produksi nasional. Jadi kalau ini kembali ke negara dan dikelola oleh BUMN maka secara signifikan penguasaan produksi gas ini menunjang kedaulatan energi. Kalau pemerintah menyerahkan ini ke Chevron, kita akan aksi besar-besaran bahkan aksi industrial dengan mogok kerja,” pungkas Arie.

Sementara VP Corporate Comunnication Pertamina, Adiatma Sardjito menyatakan Kemampuan Pertamina dalam hal penggunaan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) tak bisa diragukan lagi. Menurutnya Pertamina mempunyai banyak pengalaman dalam hal penerapan teknologi EOR, sehingga tidak kalah dengan CPI yang telah mengajukan proposalnya dengan penawaran teknologi EOR secara full scale yang diklaim akan mampu meningkatkan produksi hingga 500.000 BOPD.

“Pertamina sangat mampu dan punya banyak pengalaman dengan teknologi EOR,” ujar Adiatma.