Jakarta, Aktual.com — Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero) Ahmad Bambang menginginkan kebijakan pemerintah dalam mengevaluasi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak menurunkan harga secara signifikan.

Menurutnya kondisi masyarakat lebih membutuhkan kestabilan harga daripada fluktuatif secara tajam. Jika pemerintah menurunkan harga terlalu besar, maka pemerintah harus bersiap untuk kembali menaikkan harga pada bulan Juli 2016 mendatang karena pihaknya tidak mampu untuk menutup kerugian yang akan terjadi.

Dalam paparannya, saat ini harga minyak dunia sudah berada diatas USD 40 per barel, diperkirakan harga tersebut akan terus naik

“Sekarang harga crude sudah mulai naik di atas USD40, ini terus akan lebih naik lagi, apakah pemerintah siap merubah harga BBM pada bulan Juli nanti,” tuturnya dalam diskusi Stabilisasi Harga BBM yang diselengarakan oleh Siar Institut di Hotel Royal Kuningan Jakarta, Selasa (29/3).

Dalam pengamatannya, penurunan harga BBM tidak memberi dampak banyak pada masyarakat, hal ini terlihat dari laju inflasi, tarif angkutan, serta berbagai harga lainnya yang tidak ikut turun.

Namun sebaliknya, jika terjadi kenaikan harga BBM, dia menuding ada berbagai pihak-pihak yang memanfaatkan kebijakan tersebut untuk menekan dan mengambil untung dari masyarakat.

Maka dari itu dia meminta Pemerintah menurunkan harga, maksimal Rp400, hal ini agar keuntungan Pertamina nantinya mampu menutupi kerugian dan tidak menuntut kenaikan harga pada 3 bulan mendatang (Juli) jika harga minyak dunia mengalami lonjakan.

“Kalau BBM turun, tarif angkutan, inflasi dan lainnya tidak turun, tapi kalau BBM naik walaupun hanya Rp200 maka semua turut naik, kami mengusulkan April ini turun sedikit, tetapi di bulan Juli nanti tidak naik walaupun harga minyak dunia naik, tak apa Pertamina rugi, karena bisa ditutupi,” pungkas Bambang.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka