Selain itu, konsumsi pemerintah yang tumbuh negatif pada triwulan II-2017 akan dipercepat realisasinya untuk menggerakkan roda perekonomian.
Menurut Darmin, komponen konsumsi pemerintah menjadi salah satu penyebab ekonomi pada triwulan II-2017 tidak bisa tumbuh sesuai target yaitu 5,1 persen.
“Konsumsi pemerintah tidak termasuk belanja membikin jembatan karena bukan belanja modal. Itu malah negatif. Sebenarnya, kalau itu membaik, angka 5,1 persen masih mungkin terjadi,” jelasnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada triwulan II-2017 tumbuh sebesar 5,01 persen (year on year).
Pertumbuhan ini didukung oleh PMTB yang tumbuh 5,35 persen, konsumsi rumah tangga 4,95 persen, ekspor 3,36 persen, impor 0,55 persen dan konsumsi LNPRT 8,49 persen.
Namun, konsumsi pemerintah mengalami kontraksi dan tumbuh negatif 1,93 persen karena realisasi belanja pegawai dan belanja barang yang turun dibandingkan periode sama tahun 2016.
Dengan demikian, secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi nasional pada semester I-2017 tercatat mencapai 5,01 persen.
Sementara itu, pemerintah dalam APBNP 2017 menetapkan asumsi dasar makro untuk pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen.
ANT
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan