Jakarta, Aktual.co —Kedelepan, tidak jauh berbeda dengan situasi, lingkungan dan medan mental para politisi dan pejabat negara era Presiden SBY, di era Presiden Joko Widodo adalah era yang merupakan kelanjutan, bahkan puncak dari kerusakan nilai dan mental dari para politisi, pejabat dan birokrat. Para politisi dan pejabat negara di lingkaran teras Presiden Joko Widodo saat ini katanya sedang berjuang untuk membangun infrastruktur, membangun jalan tol, membangun irigasi dan bendungan, membangun pembangkit listrik 35.000 MW, dll. Sebetulnya mereka tidak sedang membangun bangsa dan negara melalui pembangunan infrstruktur, tapi mereka sedang menjadikan institusi pemerintah sebagai alat dan memanfaat seorang Presiden yang lemah secara politik, lemah kapasitas serta tidak punya visi dan konsepsi, untuk tujuan  mengeruk dan membesarkan perusahaan pribadi, memperkaya keluarga dan kelompoknya sendiri.
Bagaimana mungkin menjalankan mega projek pembangunan infrastruktur, sementara di saat yang sama, lingkaran teras Presiden Joko Widodo dikuasai oleh mayoritas politisi, birokrat dan pejabat yang bermental maling, semata punya hasrat untuk mengeruk projek, mencari celah untuk bisa merampok dan memperkaya diri. Demikian juga para Gubernur dan Bupati/Wali Kota sebagai unjung tombak dalam menggerakan pembangunan di daerah, justru sibuk merampok untuk bisa menyogok pimpinan Parpol dan membeli suara rakyat agar terpilih kembali sebagai Kepala Daerah.
Kesembilan, dengan terpilih kembalinya SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat telah menyempurnakan kelanjutan era jahiliyah zaman reformasi yang tidak mampu diatasi oleh Presiden Joko Widodo. Sebelumnya, berturut-turut Kongres atau Munas Parpol telah melahirkan kekuatan oligarki tua dan politisi korup dan nepotisme yang memimpin Parpol. Pada smester pertama saat berkuasa, Presiden Joko Widodo tidak menunjukan konsepsi politik dalam melakukan rekayasa sosial politik untuk mengubah tatanan bernegara ke arah perbaikan secara menyeluruh dan mendasar, termasuk menata ulang sistem kepartaian yang telah dibajak oleh oligarki tua yang korup dan khianat. Baca: Perubahan Yang Dikehendaki, Lanjutannya Yang Dirasakan (Bagian IV)
Oleh: Haris Rusly (Petisi 28)

Artikel ini ditulis oleh: