Sebagai contoh Lapangan Grissik, Blok Koridor milik Conocophillips Indonesia Grissik Ltd tahun 2017 lalu menaikkan harga dari yang sebelumnya US$ 2,6 per MMBTU menjadi US$ 3,5 per MMBTU atau naik US$ 0,9 per MMBTU.
Produsen Hulu Gas Dikuasai Asing
Pasca holding BUMN gas, PGN memang dapat memperoleh bahan baku gas sendiri dari Pertamina, dan PGN membawahi Pertamina Gas (Pertagas), namun sebagian besar migas masih dibeli dari kotraktor migas swasta dan kontraktor migas asing.
Sebagaimana diketahui bahwa Produksi hulu gas nasional sebagian besar masih di tangan perusahaan asing. Masing masing perusahaan swasta dan asing tersebut dan produksinya yakni BP Berau 16.87%, ConocoPhillips (Grissik) 13.17%, Eni Muara Bakau 10.45%, JOB Medco-Pertamina Tomori Sulawesi 4.61%, Premier Oil Indonesia 3.50%, PetroChina International Jabung 2.77%, Kangean Energy Indonesia 2.65%, Medco E&P Natuna 2.54%, dan swasta serta asing lainnya memproduksi 17.64%. (: PwC Analysis 2019).
Meskipun pertamina telah mengambil alih Blok Mahakam, namun itu hanya meningkatkan penguasaan hulu gas oleh Badan Usaha Milik Negara yakni Pertamina dari EP 12.76% menjadi 25,8% (Pertamina Hulu Mahakam memproduksi 13.04% Gas nasional). Peningkatan penguasaan hulu belum secara significant melepaskan ketergantungan pasokan gas nasional dari perusahaan asing.
Sampai dengan tahun 2021 terdapat banyak perusahaan migas asing yang akan berakhir masa kontraknya. Perusahaan perusahaan tersebut dapat diambil alih oleh pertamina melalui mekanisme bisnis (karena tidak secara otomastis diserahkan oleh Negara). Nilai kontrak migas asing yang akan berakhir diperkirakan mencapai 10 miliar US dolar. Jumlah uang yang sedikitnya harus disediakan pertamina untuk dapat mengambil alih dan mengelolanya.
Artikel ini ditulis oleh: