Lombok, Aktual.com – Palang Merah Indonesia mendistribusikan bantuan nontunai atau “cash voucher assistance (CVA)” untuk 4.000 kepala keluarga penerima manfaat yang merupakan korban bencana gempa bumi di Nusa Tenggara Barat.

Bantuan nontunai yang PMI berikan kepada penerima manfaat menerima bantuan sebesar Rp7 juta digunakan untuk meningkatkan kualitas hunian, kata Ketua Bidang Penanggulangan Bencana PMI Pusat Letjen (Purn) Sumarsono melalui sambungan telepon, Minggu (29/12).

“Buat apa beli handphone sementara di rumahnya tidak ada jamban, atau masih memilih buang air besar sembarangan di kebun atau bantaran sungai,” ucap Sumarsono.

PMI ingin warga terdampak kembali menata hidup dengan hunian sederhana tapi sehat.

PMI juga melakukan monitoring kepada warga penerima manfaat saat pendistribusian kartu ATM (anjungan tunai mandiri) dan buku tabungan ke Desa Belanting, Lombok Timur dan Pendua di Lombok Utara.

Dalam kegiatan pemantauan tersebut día juga didampingi langsung oleh Field Cordinator The International Federation Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC), Christie Samosir dan Kepala Pengurus PMI Lombok Timur Abdul Hafiz.

Sementara di Kabupaten Lombok Utara langsung didampingi Ketua PMI KLU Endri. Seperti diinformasikan sebelumnya sejak 15 Desember 2019 PMI didukung IFRC memberikan BNT untuk warga penerima manfaat yang terdampak gempa Lombok di tiga kabupaten di NTB yakni Kabupaten Lombok Utara (Desa Salut, Loloan dan Pendua), Kabupaten Lombok Timur (Desa Belanting dan Darakunci) serta Kabupaten Lombok Barat (Desa Guntur Macan, Dopang dan Gelangsar).

Proses hingga kini masih berjalan dengan beberapa tahapan, dimulai dari verifikasi penerima manfaat, sosialiasi program, distribusi kartu penerima manfaat, cash literacy (sesi pengelolaan dana bantuan dengan edukasi hunian yang aman dan sanitasi yang sehat), pendistribusian buku tabungan dan ATM serta pendampingan yang dilakukan relawan PMI kepada penerima manfaat dalam penggunaan dana bantuan.

“Tentu saja masyarakat yang terdampak gempa lebih banyak dari 4,000 KK. Bantuan ini difokuskan untuk keluarga yang rumahnya benar-benar hancur atau rusak parah dan kelompok yang paling sulit untuk pulih seperti keluarga yang kepala keluarganya adalah perempuan dan keluarga dengan anggota kelompok rentan seperti lansia dan penyandang disabilitas,” tambahnya.

Christie Samosir mengatakan semua data penerima manfaat hasil assesment yang dilakukan sekitar 110 relawan PMI bersama masyarakat dan pemerintah desa bahkan, daftar penerima manfaat ini diumumkan juga dan disebarkan di tempat-tempat publik.

Sehingga seluruh anggota masyarakat mengetahui siapa saja yang menerima bantuan ini. Meskipun ada kekurangan, tapi pihaknya memastikan penyaluran bantuan ini dipantau, bisa diukur, transparan, melalui platform PMI Cash Base Intervention System yang secara real time bisa dilihat.

Tahapan program telah diikuti dan diterima seluruh penerima manfaat dalam waktu dekat pihak bank yang telah bekerjasama dalam program ini bersama PMI akan melakukan dua tahap transfer yakni tahap pertama warga memperoleh 60 persen dari total bantuan dan sisanya 40 persen akan ditransfer satu bulan setelah penyaluran tahap pertama.

Dalam proses pemantauan tahap transfer pertama ini para relawan PMI akan memastikan apakah penerima manfaat memperbaiki jamban atau dapur atau bagian rumahnya yang rusak dengan prinsip-prinsip hunian lebih aman.

Terutama memberikan kesadaran kepada masyarakat agar tidak membeli material yang bisa mengganggu kesehatan seperti asbestos. “Kami bahkan akan membantu jika mereka ingin dukungan teknis membuat jamban sehat dan dapur khususnya keluarga yang anggota keluarganya ada yang berkebutuhan khusus,” katanya.

Lanjut dia, pengetahuan dan edukasi terkait material yang aman, jamban sehat sebenarnya juga telah diikuti semua penerima manfaat dalam sesi cash literacy sehingga, masyarakat teredukasi bagaimana mengelola dana bantuan ini dengan baik dalam merancang dan membangun ruang yang mereka butuhkan.

Korban gempa ini pun diberikan pengetahuan prinsip-prinsip membangun rumah sederhana yang aman. Cash Literacy menjadi edukasi dan “awareness” yang berkelanjutan untuk masyarakat.

Targetnya mereka bisa tangguh jika terjadi bencana di daerahnya masing-masing. Selain itu, bersama tim Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) yang telah dibentuk PMI di desa siap memafasilitasi penerima manfaat yang membutuhkan pendampingan.

Pihaknya juga memiliki hotline 24 jam yang bisa diakses masyarakat di nomor 081999973543 untuk menerima umpan balik, masukan dan pertanyaan masyarakat. PMI juga mempunyai program berkelanjutan berupa pengurangan risiko bencana dimana pembentukan tim SIBAT juga ada di dalamnya.

“Jikalau masyarakat bersama PMI sudah mengidentifikasikan kerentanan wilayahnya dan ada beberapa kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas membangun ketangguhan bencana kami siap membantu memberikan kapasitas yang dibutuhkan yang disesuaikan dengan wilayahnya,” tambahnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan