Jakarta, Aktual.com — Koordinator dari Asosiasi Ekonomi Politik (AEPI), Salamuddin Daeng menuding perdebatan skema pengembangan blok Masela, Maluku menunjukkan ada kepentingan cukong di belakangnya.
Menurutnya, dalam kasus blok Masela ini ada yang membawa kepentingan cukong, sehingga akan selalu meminimalkan pengeluaran untuk pembangunan nasional Indonesia maupun kepentingan lokal.
“Sehingga mereka akan memberi ruang agar bisa memaksimalkan penjarahan cadangan gas di blok Masela tersebut,” tandas Salamuddin kepada Aktual.com, Kamis (3/3).
Seperti diketahui polemik blok Masela terjadi antara Menteri ESDM Sudirman Said yang ngotot ingin melakukan pengembangan skema offshore atau di laut dengan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli yang dikembangan melalui onshore atau darat.
“Dalam blok ini tidak ada yang memperhatikan pengembangan infrastuktur, local content, tenaga kerja, tanggung jawab lingkungan, pajak, retribusi daerah, dan multiplier effect lainnya dari sebuah investasi,” cetus dia.
Apalagi jika proyek ini di dorong ke laut tentu akan semakin meminimalisir keuntungan bagi rakyat setempat. “Ini semakin menegaskan bahwa pemerintahan ini dari cukong, oleh cukong dan untuk cukong,” tuding Daeng.
Lebih lanjut ia menegaskan, ada satu hal yang selalu dilanggar dan diabaikan pemerintahan ini demi uang yakni soal analisis mengenai dampak lingkungsn (amdal).
“Saya mencurigai perdebatan ini (blok Masela) tidak berbasis dokumen studi kelayakan baik ekonomi, lingkungan dan sosial yang benar sebagaimana mega proyek lainnya,” tuturnya.
Makanya bagi dia, pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) ini adalah pemerintahan yang ignorant atau tidak hati-hati terhadap masalah-masalah lingkungan dan dampak sosial ekonominya.
Padahal, kata dia, jika semua proyek dimulai dengan kajian yang benar, maka tidak perlu ada perdebatan yang didasarkan pada kepentingan pribadi-pribadi semacam itu.
“Pak Jokowi itu seorang sarjana kehutanan, mestinya dia ahli dalam masalah-masalah lingkungan dan sosial ini,” tegas dia.
Maka dari itu, ia melihat, kabinet Jokowi ini adalah kabinet yang isinya bukan pesuruh presiden, tapi boneka para bandar dan cukong.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan