Jakarta, Aktual.com – Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Jimly Asshiddiqie menuturkan bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah mengalami disorientasi. Dia melihat BUMN saat ini hanya dipacu mencari keuntungan dan memberikan dividen bagi negara.
Padahal dalam pandangannya, tolok ukur keberhasilan BUMN tidak boleh hanya diukur dari besaran dividen dan pajak, hal ini malah membuat ketimpangan dalam pembangunan nasional.
Seharusnya kata dia, BUMN mesti berperan sebagai instrumen bagi negara untuk persaingan global. BUMN harus dikerahkan untuk membangun lapangan pekerjaan sehingga menekan pengangguran.
“Letak keuntungan itu dinilai dari kesuksesan manajemen, bukan mencari untung mendapat dividen dan pajak. Itu bukan tujuan utama. Tujuan BUMN itu misalnya sebagai alat membangun daya serap tenaga kerja. Untung dan rugi bagi BUMN tak bisa diukur dari neraca keuangan, itu juga harus dilihat dari neraca politik dan neraca sosial,” katanya di Jakarta, Senin (26/12)
Selanjutnya dia juga meminta pemerintahkan memperhatikan sektor yang digeluti oleh BUMN, jika sektor yang tidak terlalu berisiko terhadap hajat hidup orang banyak, hal itu mesti didorong pihak swasta yang menangani.
“Tahun 1945 negara kita belum punya hotel. Tamu negara kita dalam jumlah banyak, tidak bisa ramai-ramai tinggal di istana. Maka saat itu, negara membutuhkan hotel, akhinrya dibangun hotel Indonesia (BUMN). Tapi jaman sekarang, untuk apa negara bangun hotel dan bersaing dengan publik,” tandasnya.
Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan