Jakarta, Aktual.com — Tahun ini, “Hari Asyura” 10 Muharram 1437 Hijriah jatuh pada Jumat (23/10). Di hari tersebut ada keutamaan untuk mendapat pahala berlipat ganda dengan berpuasa sunah. Puasa Asyura menggugurkan dosa-dosa setahun yang lalu.
Al Imam Abu Daud meriwayatkan di dalam sanad-nya dari Abu Qatadah Radhiallahu’anhu
وَصَوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ إنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَنَة َالتِيْ قَبْلَهُ
“Dan, puasa di hari ‘Asyura, sungguh saya mengharap kepada Allah SWT bisa menggugurkan dosa setahun yang lalu.”
Namun demikian, puasa Asyura umat Muslim mengikuti Nabi Musa AS yang berpuasa pada Asyura, karena pada hari itu Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa AS dari kejaran Firaun bersama bala tentaranya.
Walaupun Hari Asyura jatuh pada tanggal 10 Muharram, namun ada pula Hadis yang meriwayatkan untuk berpuasa Asyura selama tiga hari. Yaitu, pada tanggal 9, 10 dan 11 Muharram di tahun Hijriah.
Al Imam Asy-Syaukani dan Al Hafidz Ibnu Hajar menerangkan, bahwa puasa Asyura ada tiga tingkatan. Yang pertama puasa di hari ke-10 saja, tingkatan kedua puasa di hari ke-9 dan ke-10 dan tingkatan ketiga puasa di hari 9, 10 dan 11. Artinya puasa Asyura pada tanggal 22 Oktober, 23 Oktober dan 24 Oktober 2015.
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, bahwa “Nabi shallallalhu ‘alaihi wa salam tiba di Madinah, maka Beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa hari ‘Asyura. Beliau bertanya kepada mereka: “Ada apa ini?”
Mereka menjawab, “Ini adalah hari yang baik. Pada hari ini Allah SWT menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka. Maka Nabi Musa AS berpuasa pada hari ini.”
Rasulullah SAW bersabda, “Saya lebih layak dengan Nabi Musa dibandingkan kalian.” Maka beliau berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan para shahabat untuk berpuasa ‘Asura.”(HR. Bukhari no. 2204 dan Muslim no. 1130).
Rasulullah SAW melakukan puasa Asyura sejak sebelum diangkat menjadi Nabi hingga ketika Beliau berhijrah ke Madinah. Ini berarti puasa Asyura diwarisi oleh kaum Quraisy dari ajaran Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا قَالَتْ: كَانُوا يَصُومُونَ عَاشُورَاءَ قَبْلَ أَنْ يُفْرَضَ رَمَضَانُ، وَكَانَ يَوْمًا تُسْتَرُ فِيهِ الكَعْبَةُ، فَلَمَّا فَرَضَ الله رَمَضَانَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ شَاءَ أَنْ يَصُومَهُ فَلْيَصُمْهُ، وَمَنْ شَاءَ أَنْ يَتْرُكَهُ فَلْيَتْرُكْهُ»
Dari Aisyah Radiyallahu ‘anha menuturkan, “Mereka biasa melakukan puasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram) sebelum diwajibkannya puasa Ramadan. Pada hari tersebut Kabah diberi kain penutup (kiswah). Ketika Allah SWT mewajibkan puasa Ramadan, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Barangsiapa ingin berpuasa Asyura, silahkan ia berpuasa. Dan barangsiapa ingin tidak berpuasa Asyura, silahkan ia tidak berpuasa.” (HR. Bukhari no. 1592)
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا، قَالَتْ: «كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ، فَلَمَّا قَدِمَ المَدِينَةَ صَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ»
Dari Aisyah Radiyallahu ‘anha berkata: “Kaum musyrik Quraisy mengerjakan puasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram) sejak zaman jahiliyah. Demikian pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam mengerjakan puasa Asyura. Ketika beliau tiba di Madinah, maka beliau berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa. Kemudian ketika puasa Ramadhan diwajibkan, beliau meninggalkan puasa hari ‘Asyura. Maka barangsiapa ingin, ia boleh berpuasa ‘Asyura. Dan barangsiapa ingin, ia boleh tidak berpuasa.” (HR. Bukhari no. 2002 dan Muslim no. 1125, dengan lafal Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam pada waktu di Madinah mewajibkan umat Islam untuk melaksanakan shaum Asyura.
عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الأَكْوَعِ رَضِيَ الله عَنْهُ، قَالَ: أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا مِنْ أَسْلَمَ: ” أَنْ أَذِّنْ فِي النَّاسِ: أَنَّ مَنْ كَانَ أَكَلَ فَلْيَصُمْ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ، وَمَنْ لَمْ يَكُنْ أَكَلَ فَلْيَصُمْ، فَإِنَّ اليَوْمَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ “
Dari Salamah bin Al-Akwa’ radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam memerintahkan seseorang dari suku Aslam: “Umumkanlah kepada masyarakat bahwa barangsiapa tadi pagi telah makan, maka hendaklah ia berpuasa pada sisa harinya. Dan, barangsiapa belum makan tadi pagi, maka hendaklah ia berpuasa. Karena hari ini adalah hari Asyura.” (HR. Bukhari no. 2007 dan Muslim no. 1824).
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu mengisahkan, “Kekasihkau (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam) berwasiat kepadaku dengan tiga hal; puasa tiga hari setiap bulan, salat dhuha dan tidak tidur kecuali setelah melakukan salat witir.” (HR. Abu Daud no. 1432, Ahmad no. 7512, Abu Ya’la no. 2619, Abdur Razzaq no. 2849 dan Ibnu Khuzaimah no. 1222, hadits shahih).
Artikel ini ditulis oleh: