Kupang, Aktual.com – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau masyarakat untuk tidak percaya begitu saja dengan berbagai informasi hoaks tentang akan meletusnya Gunung Ili Lewotolok yang berujung pada tsunami dahsyat di sekitar kaki gunung.

“Tidak perlu cemas ataupun panik, karena dari kepanikan bisa membawa sial. Carilah info yg akurat dari pihak yang berwenang seperti BMKG,BNPB-BPBD dan PVMBG setempat,” kata Kepala Pos Pemantau Gunung Ili Lewotolok Stanis Ara Kian dari Lembata, Senin (22/11) malam.

Hal ini disampaikannya berkaitan dengan beredarnya pesan berantai melalui video dan juga whatsapp grup tentang ramalan erupsi Gunung Ili Lewoolok yang dahsyat yang dapat mengakibatkan tsunami yang kemudian membuat masyarakat panik.

Beberapa warga justru sudah mengumpulkan barang-barang pentingnya untuk mengungsi sebelum tanggal 1 Desember mendatang.

Stanis mengatakan bahwa berdasarkan data seismik gunung tersebut masih menunjukkan aktivitas yang aman,tidak ada peningkatan kegempaan signifikan. Untuk erupsi besar juga tidak ada.

“Tapi kami belum pastikan apakah perilaku Gunung Lewotolok ini masih seperti ini atau berubah tiba tiba kami juga belum tahu, karena tidak ada satupun alat yang dapat mendeteksi kapan bencana itu datang,” tambah dia.

Stanis juga menjelaskan bahwa dari segi seismik/kegempaan, dan visual pengamatan lainnya terpantau trennya justru mengalami penurunan secara fluktuatif sampai pada Senin (22/11).

Energi yang ada di dalam tubuh gunung api itu sendiri sudah melemah, artinya bahwa tidak ada suplai magma baru yang besar dari kedalaman. Gempa suplai itu berupa gempa vulkanik.

“Gunung Ile ape andai kata meletus besar kembali sistemnya harus benar-benar tertutup kembali dan energi yang besar pula berupa suplai vulkanik tadi,” tambah dia.

Sampai dengan detik ini tambah dia tidak ada bahkan nihil gempa suplai itu artinya minim terjadi gempa dalam. Gempa sekarang lebih dominan gempa permukaan artinya bawah sistem gunung sangat terbuka disertai erupsi kecil kecil saja sampai habis energinya.

“Lewotolok masih dalam fase erupsi dan harus melewati masa transisi menuju normal dan itu butuh waktu dan lama. Seperti gunung Batutara sampai dengan sekarang sistem kawah masih terbuka,” tambah dia.

Sehingga ketika masih ada suplai magma, maka masih bisa berpotensi erupsi kembali. Tetapi dengan catatan letusan kecil-kecil saja.

“Manusia boleh berencana tapi Tuhan yang punya kehendak. Kalau ramalan terhadap cuaca barangkali bisa terjadi, karena sudah ada peringatan dari BMKG terkait La Nina. Tapi dengan gunung api saya katakan tidak karena data seismik dan hasil deformasi EDM menunjukkan ada deflasi atau tubuh gunung api (mengempis). Artinya magma sudah di atas (permukaan),” ungkap Stanis.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
As'ad Syamsul Abidin