“Saya yakin orang Palestina dan Israel mempunyai hak untuk memiliki tanah mereka sendiri. Tetapi, kita harus memiliki perjanjian damai untuk menjamin stabilitas bagi semua orang dan memiliki hubungan yang normal,” jawabnya.

Arab Saudi, tempat kelahiran Islam dan rumah bagi tempat-tempat tersuci, tidak mengakui Israel. Pihaknya telah mempertahankan selama bertahun-tahun bahwa normalisasi hubungan bergantung pada mundurnya Israel dari tanah Arab yang direbut dalam perang Timur Tengah 1967, wilayah yang diinginkan Palestina untuk menjadi negara di masa depan.

Ketegangan yang meningkat antara Riyadh dan Teheran telah memicu spekulasi bahwa kepentingan bersama kemungkinan dapat mendorong Arab Saudi dan Israel untuk bekerja bersama melawan apa yang mereka lihat sebagai ancaman lazim Iran.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid