Dengan defisit anggaran mencapai 1,9 persen-2,3 persen terhadap PDB, maka neraca keseimbangan primer akan dijaga pada kisaran Rp50 triliun-Rp99 triliun atau kisaran minus 0,6 persen-0,4 persen terhadap PDB.
Untuk pembiayaan defisit tersebut, tambah Sri Mulyani, pemerintah akan melakukan penerbitan surat berharga negara (SBN) sebanyak 2,7 persen-tiga persen terhadap PDB dan pinjaman pada kisaran 0,3 persen-0,5 persen terhadap PDB.
Pengeluaran pembiayaan juga dilakukan untuk amortisasi 0,5 persen-0,7 persen terhadap PDB serta Penyertaan Modal Negara untuk Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) dan investasi lainnya 0,2 persen-0,4 persen terhadap PDB.
“Semua itu dilakukan dengan menjaga postur rasio utang dari PDB, yaitu sebesar 27 persen-29 persen terhadap PDB,” ujar Sri Mulyani.
Seluruh perkiraan postur RAPBN 2018 tersebut disusun melalui asumsi dasar makro antara lain pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,4 persen-6,1 persen, inflasi sebesar 2,5 persen-4,5 persen, nilai tukar Rp13.500 per dolar AS-Rp13.800 per dolar AS serta suku bunga SPN 4,8 persen-5,6 persen.
Kemudian, harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada kisaran 45 dolar AS-60 dolar AS per barel serta lifting migas 1.965 ribu-2.050 ribu barel per hari, dengan rincian lifting minyak bumi 771 ribu-815 ribu barel per hari dan gas bumi 1.194 ribu-1.235 ribu barel setara minyak per hari.
ANT
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan