Di Jepang, kenaikan permintaan domestik dan ekspor telah mendorong perbaikan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Sejalan dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi dunia tersebut, volume perdagangan dunia dan harga komoditas non migas mengalami peningkatan.
Ke depan, sejumlah risiko terhadap perekonomian global tetap perlu diwaspadai, antara lain kenaikan Fed Fund Rate, kebijakan fiskal dan perdagangan serta penurunan besaran neraca bank sentral AS, dan perkembangan geopolitik di beberapa kawasan, khususnya di Semenanjung Korea.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2017 membaik. Pertumbuhan pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 5,01% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,94 % (yoy) dan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,92% (yoy),” urainya.
Pertumbuhan yang tinggi tercatat pada ekspor dan belanja pemerintah. Perbaikan kinerja ekspor terutama dipengaruhi oleh membaiknya harga komoditas global, seperti batubara dan karet, serta meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia. Belanja barang dan modal pemerintah dapat memperbaiki kinerja investasi terutama investasi bangunan sejalan dengan berlanjutnya proyek infrastruktur pemerintah. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap kuat.
Secara spasial, perbaikan PDB triwulan I 2017 ditopang oleh pertumbuhan ekonomi di Jawa terkait investasi dan di Kalimantan karena ekspor. Di sisi lain, perlambatan ekonomi terjadi di Sumatera karena penurunan investasi dan perdagangan antar daerah, serta di Sulampua dan Balinusra karena menurunnya ekspor bahan tambang.
“Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan perekonomian 2017 akan tumbuh dalam kisaran 5,0-5,4% (yoy). Prospek perbaikan ekonomi tersebut terutama ditopang oleh ekspor dan investasi yang terus membaik, serta konsumsi yang tetap kuat,” jelasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan