Jakarta, Aktual.com – Seorang mahasiswa dari fakultas FISIP Universitas Jakarta (UNIJA) menulis skripsi berjudul ‘GUS DUR DAN POLITIK INDONESIA PASCAREFORMASI (1999-2001)’. Amrul Haqq, yang juga Ketua BEM FISIP UNIJA ini berhasil lulus pada sidang skripsi dengan nilai memuaskan.
Skripsi yang ditulis oleh Amrul sebanyak 250 halaman tersebut menilai Presiden RI ke-4 ini tidak hanya sebagai santri, budayawan, atau politisi, tetapi merupakan sosok yang sangat inspiratif.
“Saya menulis tentang Gus Dur bukan tanpa alasan, Gus Dur bukan hanya seorang santri, budayawan, penulis, politisi, guru bangsa bahkan presiden. Bagi saya dan mungkin bagi Bangsa Indonesia, Gus Dur adalah inspirasi.” ujarnya kepada media, Jakarta, Senin (23/08).
Sidang skripsi yang dilaksanakan secara daring ini digelar langsung dari Hotel DoubleTree by Hilton Jakarta. Menurut Amrul, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini merupakan sosok yang memiliki dimensi spiritual yang lebih tinggi.
“Membaca Gus Dur adalah membaca pikiran, gagasan, sikap dan juga suri tauladannya baik yang terlihat maupun yang tersembunyi, dimensi spiritual Gus Dur yang sudah lebih tinggi dari kita adalah sebuah tantangan untuk menafsirkan segala tindakan dan ucapannya,” ujarnya.
“Mencatat Gus Dur sejatinya tidak cukup hanya dengan berlembar-lembar kertas, tulisan saya hanya secuil dari kisah perjalanan politik Gus Dur, sisanya biarkan tercatat dalam ingatan sejarah” tambahnya.
Amrul menjelaskan, tulisan ini jadi sebuah refleksi atas perjuangan santri dalam kancah politik Indonesia khusunya pada era pascareformasi, dalam hal ini adalah perjuangan politik Gus Dur ketika menjabat sebagai Presiden RI (1999-2001).
“Saya mulai menulis skripsi ini tepat pada 22 Oktober 2020, dimana pada hari itu adalah peringatan Hari Santri Nasional, selain latar belakang saya yang juga santri, insipirasi saya untuk menulis skripsi ini adalah dari Gus Dur sendiri,” ujarnya.
Founder sebuah platform Gelitik Politik ini mengajak kepada millenial untuk bersama meneladani tauladan, sikap dan tindakan Gus Dur terutama bagaimana Gus Dur membela minoritas, karena kita hidup dalam sebuah bangsa yang majemuk dan meniscayakan ruh-ruh toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.
“Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu suksesnya skripsi saya tentang Gus Dur ini baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama Ibu Yenny Wahid dan Kepala Perpustakaan PBNU juga Deputi Bidang Penguatan Inovasi Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional RI,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
A. Hilmi