Pemandangan proyek reklamasi Teluk Jakarta, Jakarta, Sabtu (24/12). Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengatakan reklamasi Teluk Jakarta akan tetap dilanjutkan dengan konsep P4 yaitu 'public', 'private','people' dan 'partnership'. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/ama/16

Jakarta, Aktual.com – Proyek reklamasi 17 pulau di Teluk Jakarta, dinilai tidak hanya berdampak bagi lingkungan dan ekonomi saja, melainkan akan berdampak buruk pada aspek lainnya. Sejarahwan JJ Rizal menyatakan, proyek ini terkesan dipaksakan oleh pemerintah pusat dan akan menghilangkan akar sejarah budaya Jakarta.

Menurut Rizal, proyek ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak belajar dari berbagai upaya penyelamatan Jakarta sejak masa silam, tepatnya sejak masa kolonial Hindia Belanda.

“Sejak tahun 1930, sudah dimulai perencanaan penyelamatan Kota Tua tapi gagal terus. Akhirnya baru Ali Sadikin yang berhasil. Tapi berhasilnya hanya sampai meresmikan,” katanya di Gedung Bundar Widya Graha LIPI, Kamis (26/10).

Rizal mengatakan bahwa dalam aspek sejarah, wilayah daratan Jakarta yang disimbolkan oleh Kota Tua, tidak dapat dipisahkan oleh wilayah kepulauan yang terdapat di perairan Teluk Jakarta. Ia pun menyebut kawasan Kota Tua dengan Pulau Onrust sebagai dua tempat kental nuansa sejarahnya antara wilayah daratan dengan kepulauan.

Reklamasi, lanjutnya, hanya akan menghilangkan kisah masa lampau ibu kota, khususnya tentang warisan budaya di pulau-pulau kecil yang terdapat di Jakarta.

“Jakarta tanpa Pulau Onrust sama saja dengan pakai baju enggak pakai celana,” kata JJ.

Pada kesempatan tersebut, JJ juga menyayangkan aspek budaya dan sejarah kurang dikaji di proyek reklamasi. Oleh karena itu, ia mengungkapkan betapa pentingnya menjaga warisan kebudayaan yang menjadi saksi asal mula berdirinya Jakarta tersebut.

 

Laporan Teuku Wildan

Artikel ini ditulis oleh: