Depok, Aktual.com – Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof. Ari Kuncoro meminta kepada para akademisi jangan hanya berada di laboratorium atau kamar kerjanya saja untuk menulis artikel ilmiah, tetapi harus mampu berinteraksi dengan sekelilingnya, memberikan advis kepada industri atau swasta dan pemerintah.

“Jadi perlu membangun engagement dengan pemerintah, industri, dan masyarakat atau dikenal dengan istilah triple helix, ini adalah satu hal terpenting,” kata Ari Kuncoro dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (30/5).

Menurut dia hal tersebut tampak dari sistem pemeringkatan perguruan tinggi dunia yang memberikan bobot 40 persen pada indikator reputasi. Melalui aktivitas triple helix engagement, maka dapat meningkatkan reputasi baik dari sebuah perguruan tinggi.

Prof. Ari mengungkapkan COVID-19 membuka kesempatan bagi UI untuk mengoptimalkan kerja sama triple helix. “Sisi positifnya, pandemik ini menjadi katalisator bagi terbentuknya kerja sama antara UI, pemerintah dan swasta, terutama dalam bidang social engagement health service, dan hilirisasi alat kesehatan hasil inovasi UI,” kata Prof. Ari.

Semasa pandemik COVID-19, UI terlibat lebih dalam lagi di dalam melakukan engagement dengan lingkungannya, salah satunya dengan membangun social engagement health service bagi masyarakat.

UI menyediakan Klinik Satelit Makara UI; Rumah Sakit UI (RSUI) sebagai rumah sakit yang didedikasikan untuk penanganan COVID-19 di Kota Depok; Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI sebagai Lab Pemeriksa COVID-19; para Guru Besar dan Akademisi UI yang terlibat aktif di dalam Satuan Tugas COVID-19; serta merealokasi anggaran UI untuk mendukung RSUI di tengah pandemik ini.

Lebih lanjut, dengan mengadopsi semangat ‘Kampus Merdeka’ yang diusung pemerintah, UI menciptakan social engagement volunteers.

Prof Ari menuturkan dengan adanya COVID-19 ini menyadarkan bahwa ini adalah kesempatan UI untuk mendukung pemerintah. Salah satunya, UI mempelopori program relawan mahasiswa semester 7 untuk terjun langsung membantu tenaga medis di RSUI dalam penanganan COVID-19, dan para mahasiswa relawan akan memperoleh 3 SKS setelah menyelesaikan aktivitasnya dan membuat laporan.

“Program ini membuka nuansa baru karena peminatnya kini tidak hanya datang dari mahasiswa rumpun ilmu kesehatan, melainkan juga menarik minat mahasiswa dari rumpun ilmu sosial,” katanya.*

 

Antara

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin