Jakarta, Aktual.com – Setelah berlangsung di Roma 30-31 Oktober 2021, KTT G20 berikut akan diadakan di Bali Oktober/November 2022. Mulai 1 Desember Indonesia mengemban Presidensi G20 selama 1 tahun hingga 30 November 2022. Tema besar keketuaan G20 Indonesia yaitu “Recover Together, Recover Stronger”, sangat penting.

Mengusung tema Pulih Bersama, Pulih Lebih Perkasa, sangat cocok ditengah Ekspektasi dunia yang besar terhadap G20 agar dapat memimpin pemulihan global dan menghasilkan solusi yang konkret.

Kerja G20 harus dapat menghasilkan sesuatu yang konkret untuk menjawab tantangan global mulai dari pandemi, lingkungan, sampai isu-isu pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Guna membingkai kerja G20 selama setahun ke depan, tiga prioritas Indonesia selama keketuaannya yaitu membangun arsitektur kesehatan dunia yang lebih kuat, transisi energi, dan transformasi digital.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkata konferensi G20 di Indonesia akan berfokus pada tiga pokok: penanganan kesehatan yang inklusif, transformasi berbasis digital, dan transisi menuju energi berkelanjutan.

Kiranya, Jokowi mau menunjukkan ke forum G20 kegiatan Indonesia dalam transisi energi ini sebagai salah satu kontribusi Indonesia dalam usaha menanggulangi pemanasan global dan krisis iklim.

Dalam KTT G20 di Roma, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson membujuk Jokowi untuk mempercepat target emisi nol karbon Indonesia dari 2060 menjadi 2050 seperti banyak negara lain.

Energi Baru Terbarukan

Jokowi mengisahkan percakapan ini pada satu acara pasca-G20 Roma 22 November 2021. Acara itu adalah pembukaan konferensi dan eksibisi ke-10 mengenai energi baru dan terbarukan serta konservasi energi (EBTKE) yang diselenggarakan Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia, METI.

Di depan kalangan peneliti, pejabat dan pemimpin dunia usaha, Jokowi berkata ia menjelaskan kepada Johnson dan para pemimpin dunia lain masalah batubara dan solusinya.

Batubara itu penyebab Indonesia tak dapat mempercepat target net zero emission (NZE) pada 2050. Namun, batubara bahan bakar fosil utama yang mendorong perekonomian Indonesia.

Sektor pembangkit tenaga listrik Indonesia dikuasai bahan bakar fosil (82 persen) dengan batubara mengambil porsi tertinggi (63 persen) dalam membangkit tenaga listrik pada 2020, menurut Indonesia Climate Transparancy Report 2021 terbitan Institute for Essential Services Reform, IESR, sebuah lembaga riset isu energi di Jakarta.

Dalam kasus Indonesia, target NZE 2060 itu berkaitan dengan kontrak-kontrak membangun PLTU berbahan bakar batubara yang sudah ditandatangani, kata presiden.

Indonesia punya daya 418 gigawatt dalam energi baru dan terbarukan (EBT) berupa tenaga surya, bayu, hidro, geothermal selain juga arus bawah air, kata Jokowi.

Tetapi, pembangkit berbasis EBT lebih mahal untuk dipasang ketimbang pembangkit listrik berbahan bakar batubara. Pertanyaannya ialah bagaimana mencari dana untuk membayar selisih harga itu.

Jokowi berseru kepada para peserta konferensi EBTKE untuk membuat skema-skema rinci bagaimana selisih harga itu dapat ditutup.

Sebagai satu solusi untuk mengakhiri pemakaian batubara, Jokowi menyatakan di Indonesia ada 4.400 sungai besar dan sedang yang memiliki daya-hidro banyak.

Sebagai uji coba, ia memerintahkan pemanfaatan tenaga air di dua sungai, Kayan sepanjang 567 km di Kalimantan Utara yang bermuara di Laut Sulawesi dan Mamberamo sepanjang 1.102 km di Papua yang mengalir masuk Samudera Pasifik.

Daya-air Kayan tidak disalurkan ke jaringan PLN. Kapasitas sungai ini sebesar 13.000 megawatt akan dipakai taman industri hijau yang direncanakan di Kalimantan Utara.

Peletakan batu pertama kawasan industri ini berlangsung Desember ini. Sementara itu, potensi tenaga air Mamberamo sebesar 24.000 MW.

Layak diketahui bahwa di COP26, konferensi iklim tahunan PBB di Glasgow 31 Oktober – 13 November lalu, Indonesia mengambil langkah berarti dalam hal transisi energi.

Pada 3 November Indonesia, Filipina dan Bank Pembangunan Asia (ADB) mengumumkan sebuah kemitraan Mekanisme Transisi Energi (ETM).

ADB menyediakan dana bagi akselerasi pensiun awal PLTU berbahan bakar batubara dan menggantikannya dengan pembangkit listrik bertenaga bersih. Sekira 9 GW PLTU tenaga batubara dapat dipensiunkan dalam waktu 10 – 15 tahun lagi.

Pemilik PLTU yang dipensiunkan itu bakal menerima kompensasi dan uangnya dapat ditanamkan untuk membangun pembangkit energi baru, direktur eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan.

Indonesia menjamu KTT G20 di Bali. Agaknya, Jokowi mau memperlihatkan daya tirta sungai sebagai salah satu usaha dalam transisi energi.

Pidato Glasgow Jokowi mungkin tidak mengesankan karena tidak mengumumkan rencana ambisius mitigasi yang baru untuk meningkatkan usaha menurunkan emisi karbon.

Kontribusi yang ditentukan secara nasional (NDC) selaku rencana iklim Indonesia tetap sama dengan yang diungkapkan di Paris pada COP21 tahun 2015: target pengurangan emisi karbon sebanyak 29 persen pada 2030 dan 41 persen dengan kerjasama internasional.

Tetapi seruan Jokowi kepada para pelaku energi terbarukan di konferensi METI untuk merancang skema-skema yang bisa dijalankan, memanfaatkan sungai sebagai satu contoh, dan menggantikan batubara dengan kemitraan ETM yang operasional, bisa jadi mengantar Indonesia lebih dekat ke sasaran NZE 2050.

Bila pandemi COVID-19 sudah dikendalikan, Indonesia dapat jadi pelopor dalam pulih bersama, pulih lebih perkasa.

​​​​​​​*) Warief Djajanto Basorie adalah Pengajar di Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS)

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Nurman Abdul Rahman