Okinawa, Aktual.com- Ribuan orang berkumpul di Okinawa, Jepang pada Minggu (19/6) dalam salah satu aksi unjuk rasa terbesar dalam dua dasawarsa terhadap pangkalan militer AS menyusul adanya penangkapan seorang warga AS yang diduga melakukan pembunuhan terhadap seorang wanita setempat.
Demonstrasi itu menandai sebuah penurunan baru dalam hubungan Amerika Serikat dengan Jepang terkait pulau Okinawa itu, dan mengancam rencana untuk memindahkan pangkalan udara Marinir AS Futenma ke wilayah lain pulau itu yang kepadatan penduduknya lebih sedikit.
AS dan Jepang sepakat pada 1996 untuk menutup pangkalan Futenma, yang terletak di sebuah wilayah perkotaan yang padat, setelah adanya kasus pemerkosaan terhadap seorang pelajar Jepang berusia 12 tahun oleh tiga personel militer AS yang memicu demonstrasi massa melawan keberadaan pihak AS.
Rencana itu tertahan karena para penduduk yang tinggal di dekat lokasi pemindahan yang diajukan itu menolak pindah, khawatir akan timbulnya kebisingan, polusi dan kejahatan.
Para anggota majelis Okinawa yang menentang pemindahan itu mendapatkan mayoritas di pemilihan umum majelis perfektural pada bulan ini, memberikan dukungan baru terhadap rencana Gubernur Okinawa, Takeshi Onaga untuk memindahkan pangkalan itu ke tempat lain.
Okinama menjadi tuan rumah bagi 50.000 orang warga AS termasuk 30.000 orang personil militer dan warga sipil yang dipekerjakan di sejumlah pangkalan AS.
Lokasi terjadinya salah satu pertempuran paling sengit antara pasukan Amerika Serikat dengan Jepang saat Perang Dunia Kedua, Okinawa masih berada di bawah kekuasaan AS hingga 1972 dan sekitar seperlima wilayahnya masih berada di bawah kendali militer AS.
Meskipun demikian, AS dan Jepang berusaha untuk menyaingi peningkatan kemampuan China di Laut China Timur, serangkaian pulau di Okinawa, yang membentang hingga mendekati Taiwan itu menjadi lebih berharga secara strategis oleh para perencana militer.
Pasukan Bela Diri Jepang, yang mempertahankan perbatasan bagian utaranya dari ancaman Rusia yang semakin berkurang, memperkuat wilayah itu dengan sejumlah pangkalan radar dan menempatkan sejumlah peluncur misil anti-kapal.
Penangkapan seorang pekerja asal AS berusia 32 tahun, memicu pihak militer AS mengumumkan 30 hari waktu berkabung bagi korban dan melarang kegiatan minum-minum di luar markas pulau itu dalam sebuah upaya untuk menenangkan kemarahan warga setempat.
Namun hubungannya lebih diperburuk oleh ditahannya seorang pelaut AS di Okinawa atas dugaan mengemudi dalam keadaan mabuk yang berujung kepada terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara