“Saya sarankan beberapa hal termasuk saya tulis memo ke Perdana Mentri. Saya anjurkan cara lain,” ceritanya.

Nah, saat ini di Sri Mulyani justru menerapkan kebijakan austerity. Ini sama saja seolah pemerintah mau meng-gas ekonomi sampai kecepatan 60-70 kilomter, ibarat sebuah kendaraan, tapi menggunakan gigi satu. Sehingga semakin digenjot, semakin panas dan risikonya itu semakin tinggi.

“Tapi masalahnya, banyak pihak seperti kalangan akademisi dan pimpinan media nasional menganggap pemerintah tak memiliki alternatif lain kecuali dengan austerity,” dia menjelaskan.

Padahal di negara seperti AS, Eropa, China kalau mereka mengalami perlambatan ekonomi malah mereka pompa ekonominya, bukan diketatkan. Pada krisis 2008 di AS mereka memompa fiskal dan kreditnya dengan melalui “quantitive easing”.

Negara yg canggih ketika ekonomi melambat, akan memompa, bukan melakukan pengetatan. Karena kalau diketatkan tak mungkin ekonomi membaik. “Sekarang ekonomi lagi susah malah pengusaha dikejar-kejar. Jelas makin anjlok,” ucapnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu