Jakarta, Aktual.co — Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta ditutup bergerak melemah 27 poin menjadi Rp12.877 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.850 per dolar AS.
Analis mengatakan bahwa sentimen positif dari data ekonomi domestik cenderung mulai meredup, pelaku pasar kembali mencermati arah kebijakan Bank Sentral AS (the Fed) mengenai waktu kenaikan suku bunga yang masih belum pasti, situasi itu kembali membuat pelaku pasar uang khawatir terhadap aset berisiko salah satunya rupiah.
“Sentimen dari dalam negeri cenderung bersifat jangka pendek, pelaku pasar uang kembali mencermati kebijakan the Fed,” ujar analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Senin (20/4).
Di tengah ketidakpastian itu, menurut dia, mata uang dolar AS akan diminati investor karena dapat menjaga nilai aset. Apalagi, data inflasi konsumen AS mengalami kenaikan di bulan Maret sehingga meningkatkan spekulasi bahwa Bank Sentral AS atau The Fed akan mengangkat suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa laju harga minyak mentah dunia yang masih dalam tren penurunan turut mempengaruhi penguatan laju dolar AS di pasar global sehingga membuat rupiah tertekan.
“Pelemahan lanjutan masih dimungkinkan jika sentimen global cenderung menopang dolar AS, sementara sentimen positif bagi rupiah dari dalam negeri minim,” kata Reza.
Menurut dia, baik terkait fundamental, teknikal, maupun sentimen-sentimen baru yang beredar di pasar uang dalam negeri belum muncul untuk kembali mendukung mata uang rupiah.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (20/4) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.875 dibandingkan hari sebelumnya, Jumat (17/4) di posisi Rp12.863 per dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka