Dari segi suplai, lanjutnya, iklim usaha dan tata niaga migas perlu diperbaiki untuk mendorong investasi dan eksplorasi migas.

“Sementara itu, dari segi ‘demand’, dicoretnya anggaran trem di Surabaya, derasnya investasi pabrik mobil berbahan bakar fosil, dan belum jelasnya kebijakan mobil listrik, menjadi sinyal dan ekspektasi, akan terus meningkatnya konsumsi BBM dan impor migas Indonesia di masa mendatang, sehingga untuk menjaga nilai tukar rupiah, akan bergantung pada masuknya ‘capital inflow’,” ujar Berly.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid