Direktur Keuangan KAI, Didiek Hartantyo

Jakarta, Aktual.com – PT Kereta Api Indonesia (Persero) terus mencari pendanaan untuk membiayai proyek pemerintah, Light rail Transit (LRT). Merasa kurang dengan tersedianya dana Penyertaan Modal Negara (PMN) dalam jumlah besar, pihak KAI pun mencari utangan di pasar modal melalui penerbitan obligasi sebesar Rp2 triliun.

“Sekarang itu kami fokus untuk obligasi sama pembiayaan LRT dulu. Karena LRT itu dananya besar dan banyak hal yang harus diselesaikan supaya model finansial yang komprehensif itu bisa diterima semua pihak,” jelas Direktur Keuangan KAI, Didiek Hartantyo di Jakarta, Kamis (19/10).

Menurut dia, pembiayaan LRT sudah disokong oleh regulator maupun dari sisi perbankan untuk pinjaman ke bank.

“Tapi ini (proyek LRT) penugasan, makanya kita juga dibekali PMN, dan kita juga bisa ajukan pinjaman karena proyek infrastruktur ini demikian besar,” dalih dia.

Seperti diketahui, total PMN yang diminta oleh KAI adalah Rp7,6 triliun. Untuk tahun ini sudah disetujui sebesar Rp2 triliun di APBMP 2017. Sedang di APBN 2018 pihaknya masih meminta untuk PMN lagi sebesar Rp3,6 triliun.

Bahkan yang membuat pihak KAI gemar melakukan pinjaman dan penerbitan surat utang itu karena pihaknya merasa dijamin 100 persen oleh pemerintah.

“Kita dijamin pemerintah 100% ya. Artinya, di tengah jalan kalau ada hal-hal yang diinginkan, mudah-mudahan sih tidak, pemerintah bisa menjamin kepada perbankan. Bahwa pengendalinya akan dijamin oleh pemerintah,” tandas dia.

Sejauh ini pemerintah tengah menyiapkan Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK) terkait penjaminan terhadap utang KAI ini.

“Jadi RPMK-nya itu sudah difinalisasi. Sebentar lagi rampung. Konsepnya seperti penjaminan terhadap PLN,” kata dia.

Hal ini, diklaim dia sangat penting agar skema pembiayaan tersebut bisa diterima oleh semua pihak.

“Sebab kereta api itu sebagai operator dari infrastruktur di pemerintah. Dan kita juga statusnya sebagai investor di proyek LRT, sedang ADHI (PT Adhi Karya Persero Tbk) sebagai kontraktor. Makanya kita butuh dana banyak,” klaim dia lagi.

Untuk penerbitan obligasi ini, kata dia, dananya sebanyak 55 persen digunakan untuk penyelesaian proyek kereta Bandara Soekarno Hatta sebagai bagian dari jalir LRT.

Sedang sisanya untuk pengadaan kereta. “Makanya untuk LRT ini di 2017 kita juga genjot capex (belanja mpdal) sekitar Rp1 triliun lebih,” ujar dia.

 

Pewarta : Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs