Kedelapan, Ahmad belajar dari Muhammad bin Saalim al-Syarqawi al-Najdi, seorang mufti Syafi’iyyah di Mesir pada masanya. Beliau mempelajari dari beliau Matan Abi Syuja’, al-Iqna’ karya al-Syirbini, Mukhtashar Khalil di bidang fikih Malik, dan Mishkaat al-Mashaabih di bidang hadis. Guru Ahmad ini wafat pada tahun 1350 H.
Kesembilan, Ahmad belajar dari Umar ibn Hamdan al-Mahrusi al-Tunisi, seorang ulama asal Tunisia bermazhab Maliki, yang ahli hadis dan tinggal di kota Mekkah. Kepakarannya di bidang hadis (sanad maupun matan) membuatnya dikenal sebagai Shaikh Shuyukh al-Hijaaz. Ahmad mempelajari beberapa kitab dari beliau, termasuk Shahih al-Bukhari, al-Adzkar karya Imam al-Nawawi, dan ‘Uqud al-Jumaan di bidang ilmu balaghah.
Berbagai guru yang mengajarkan riwayat-riwayatnya kepada Ahmad al-Ghumari sangatlah banyak. Sebenarnya, seluruh nama-nama guru dan pengalaman belajar Ahmad al-Ghumari telah diabadikan dalam sebuah buku khusus berjudul “al-Bahr al-‘Amiiq fii Marwiyyaat Ibn Shiddiiq.”
Karya-karya
Keluarga al-Ghumari terkenal dengan karya-karya mereka di berbagai bidang keislaman seperti fikih, tafsir, dan hadis, serta tasawuf. Meski demikian, hadis dan tasawuf menjadi fokus utama karya-karya al-Saadah al-Ghumaariyyah, dipengaruhi oleh ayah mereka yang mendorong mereka untuk memahami hadis dengan serius.
Salah satu anak yang menjadi rujukan dalam bidang hadis adalah Ahmad bin Muhammad al-Ghumari, anak tertua dari Syaikh Muhammad bin Shiddiq al-Ghumari. Saat Ahmad memilih untuk melanjutkan studi di Al-Azhar, ia menjadikan ulama terkemuka pada masanya sebagai rujukan dalam bidang hadis.
Berikut adalah beberapa karya Ahmad al-Ghumari di bidang hadis:
- “Dar’u al-Dha’f ‘an Hadits Man ‘Asyiqa fa ‘Affa”
- “Ibraaz al-Wahm al-Maknuun min Kalaam Ibn Khaldun” – membahas pendapat Ibn Khaldun tentang Imam Mahdi dan menanggapi sanggahan terhadap hadis-hadis yang menyebutkannya.
- “Al-Ajwibah al-Shaarifah li Ishkaali Hadit al-Thaaifah”
- “Al-Isti’aadah wa al-Hasbalah mimman Shahhaha Hadits al-Basmalah”
- “Al-Bahr al-‘Amiq fi Marwiyyati Ibn Shiddiq” – sebenarnya berupa biografi lengkap dari semua gurunya, termasuk riwayat hadis dari mereka.
- “al-Tafrij bi Ushuul al-Takhrij” – sebuah buku panduan tentang mencari asal (takhrij) sebuah hadis.
- “al-Hanin bi Wadh’i Hadits al-Aniin” – membahas kepalsuan hadis “da’uuhu bi al-aniin” yang digunakan oleh sebagian sufi untuk berzikir.
- “Fath al-Malik al-‘Ali bi Shihhati Hadits Baab Madiinati al-‘Ilm ‘Ali” – mengulas hadis tentang keutamaan ‘Ali bin Abi Thalib.
- “Miftah al-Tartib li Ahaadith Tarikh al-Khatib”
- “Al-Mushim fi Bayan Thalab al-‘Ilm Faridhatun ‘ala Kulli Muslim” – menjelaskan tentang kewajiban mencari ilmu bagi setiap muslim.
- “Al-Mughir ‘ala al-Ahaadith al-Mawdhuu’ah fi al-Jaami’ al-Shaghir” – mencoba mengulas hadis-hadis palsu yang terdapat dalam kitab al-Jaami’ al-Shaghir karya al-Suyuthi.
Syekh Ahmad bin Muhammad al-Ghumari al-Hasani meninggal dunia pada awal bulan Jumadil Akhir tahun 1380 H/1960 M. Sebelum meninggal, beliau menjalani perawatan medis selama beberapa bulan karena mengalami masalah pada jantungnya.
Kepiluan tidak hanya dirasakan oleh keluarga beliau, tetapi juga oleh rekan-rekan sejawat dan seluruh pengikutnya. Jenazah almarhum dikebumikan di Kairo, Mesir.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain