Jakarta, Aktual.com –  Presiden Ke-6 RI (2004-2014) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengkritik pergantian kekuasaan yang damai tidak terjadi di Amerika Serikat (AS) menyusul terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-46 .

Menurutnya, transisi kekuasaan dibarengi luka, kebencian dan permusuhan.

“Ini petaka bagi AS yg politiknya terbelah (deeply divided). Energi Biden bisa habis utk satukan AS hadapi tantangan ke depan,” kata SBY di akun Twitternya @SBYudhoyono, Rabu (20/1).

Padahal, sambungnya, tiap pemilu ada yang menang, ada yang kalah. Meskipun berat dan menyakitkan, menurut SBY, siapapun yang kalah wajib terima kekalahan dan ucapkan selamat kepada yang menang.

“Itulah tradisi politik & norma demokrasi yg baik. Sayangnya, sbg champions of democracy, ini tdk terjadi di AS skrg,” ungkap SBY.

Apalagi,  menurut SBY, jelang pelantikan Biden sebagai Presiden AS, Washington DC mencekam, banyak barikade dan dalam pengamanan ketat 25.000 tentara. Siapa ancamannya? Kali ini bukan musuh dari luar, seperti biasanya, tapi “teroris domestik”.

“Ini titik gelap dlm sejarah AS. Juga warisan buruk yg ditinggalkan Trump,” sebutnya.

SBY menilai sistem demokrasi tidaklah sempurna, terutama implementasinya. “Ada wajah baik & wajah buruk dalam demokrasi. Namun, tidak berarti sistem otoritarian & oligarki lebih baik,” tambahnya.

Lanjutnya, di era “post-truth politics”, ucapan pemimpin (presiden) hrs benar & jujur. Kalau tidak, tegas SBY, dampaknya sangat besar. “Ucapan Trump bhw pilpresnya curang (suaranya dicuri) timbulkan kemarahan besar pendukungnya. Terjadilah serbuan ke Capitol Hill yg coreng nama baik AS,” tandasnya.

Menurut SBY, “post-truth politics”  atau politik yang tidak berlandaskan pada fakta, termasuk kebohongan yang sistematis dan berulang, pada akhirnya akan gagal. “Pemimpin akan kehilangan “trust” dari rakyatnya, krn mereka bisa bedakan mana yg benar (faktual) dgn yg bohong (tdk faktual),” jelas SBY.

Di sisi lain, ia menyampaikan rasa hormat kepada Wapres Mike Pence yang menunjukkan karakter kesatrianya dengan menerima hasil Pilpres yang lalu meskipun kalah.” Dia tolak “perintah” Trump utk ubah hasil pemilu krn tak berdasar. Dia hormati konstitusi & demokrasi,” terangnya.

Bahkan, lanjutnya, Pence bukan tipe yg haus kekuasaan. Menurut SBY,  Pence tak memanfaatkan kesempatan untak ambil alih kepemimpinan meskipun diminta secara resmi oleh DPR AS (sesuai amandemen ke-25 konstitusi AS). “Pence menolak, karena bukan itu yg terbaik bagi bangsa AS,” pungkasnya.(RRI)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Warto'i