Surabaya, Aktual.com – Setujunya Presiden Joko Widodo untuk mendiskon tarif masuk Jembatan Suramadu hingga 50 persen, dikhawatirkan mengancam keberlangsungan Pelabuhan Ujung Surabaya – Kamal Madura.

Kekhawatiran itu diungkap Kepala Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (Gapasdap) Jawa Timur, Khoiri Soetomo, saat ditemui Aktual.com di Pelabuhan Ujung-Kamal, Kamis (4/2).

Dalam kekhawatirannya Khoiri mengatakan, “Menggratiskan Suramadu itu itu baik. Pemerintah membantu masyarakat yang melintas Suramadu. Tapi masyarakat yang melintas di Ujung-Kamal ini juga warga Indonesia. Apa solusinya bagi mereka kalau pelabuhan terancam tutup?”

Jika sampai benar-benar tutup, kata dia, masyarakat yang biasa melewati penyerangan Ujung-Kamal harus memutar lebih jauh melewati Suramadu yang melintas wilayah Bangkalan, Madura.

Tanda-tanda meredupnya Dermaga Penyeberangan Ujung-Kamal, kata dia, bisa terlihat dari yang semula komersil. Tapi sejak Tol Suramadu berdiri di 2009, pelabuhan berubah jadi perintis.

Jumlah kapal Feri yang beroperasi pun menyusut drastis. Dari semula 18 unit, tersisa enam unit. Kondisi itu semakin parah ketika sepeda motor sudah digratiskan lewat Suramadu sejak tahun lalu. Jumlah kapal Feri tinggal tiga unit kibat sepi penumpang.

Diakuinya, kapal yang tersisa saja sebenarnya juga sudah merugi. Namun, perusahaan tetap bertahan karena diminta Pemprov Jatim untuk beroprasi.

“Sebenarnya kita bisa saja beralih ke penyeberangan lain. Tapi kita diminta pemprov untuk bertahan. Dan kami juga tahu diri, bahwa ujung kamal merupakan perintis bagi perusahaan kami sejak dulu. Kalau kita tutup, apa mereka pengguna jasa penyeberangan itu tidak nangis?” lanjutnya.

Keluhan yang sama juga dirasakan para pengguna jasa penyeberangan ujung kamal. Samrani, seorang warga Madura meminta pelabuhan itu jangan sampai ditutup.

“Bagaimana dengan kita kalau menyeberang ke Madura. Rumah saya di kabupaten Kamal Madura. Kalau lewat Suramadu berarti saya harus lewat kabupaten Bangkalan. Padahal tempat kerja saya ada di Tanjung Perak.” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Ahmad H. Budiawan