Empat Tantangan APBN 2019

Pengamat ekonomi politik Ichsanudin Noorsy menilai Indonesia menghadapi empat tantangan baik domestik maupun internasional. Pertama, adanya pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Ichsanuddin memprediksi nilai tukar rupiah dapat melemah lagi sampai melampaui Rp15.000 jika Bank Sentral Amerika menaikkan lagi suku bunganya.

Menurutnya, kalau Bank Sentral Asia menaikkan lagi suku bunganya, maka rupiah akan melemah lagi. Hal ini menunjukkan langkah Pemerintah menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah.

Kedua, pada saat nilai tukar rupiah melemah, Pemerintah seharusnya menggenjot ekspor untuk menguatkan nilai tukar rupiah. “Ternyata tidak dilakukan. Neraca pembayaran Indonesia tetap negatif. Defisit transaksi berjalan tetap pada kisaran tiga persen,” katanya.

Ketiga, Pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan terjadinya gejolak harga. Padahal harga minyak dunia saat ini sekitar 80 USD per barel, harga tertinggi sejak 2008, sedangkan asumsi APBN untuk harga minyak dunia hanya 70 USD per barel.

“Itu artinya ada defisit 10 USD per barel dari asumi APBN,” katanya.

Menurut dia, kenaikan harga minyak dunia, berdampak mengerek naik harga komoditas lainnya seperti batu bara, gas, sawit, dan sebagainya. Kenaikan harga-harga tersebut akan berdampak terjadinya inflasi.

Keempat, karena adanya inflasi maka perbaikan gini ratio yang sebelumnya dipublikasi dari 0,408 menjadi 0,389, pada hakekatnya tidak bisa mencapai apa-apa. “Terbukti dalam Nota Keuangan pada RAPBN 2019, gini ratio tetap dinyatakan 0,389,” katanya.

Ichsanuddin menegaskan dari empat tantangan Indonesia di dalam negeri menunjukkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih rapuh.

[pdfjs-viewer url=”http%3A%2F%2Fwww.aktual.com%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F11%2FSentimen-Positif-dan-Tantangan-APBN-2019_AktualCom-7-11-2018.pdf” viewer_width=100% viewer_height=1360px fullscreen=true download=true print=true]

Artikel ini ditulis oleh:

Eka