Pemerintah Tambah Utang Ke China (Aktual/Ilst)
Pemerintah Tambah Utang Ke China (Aktual/Ilst)

Jakarta, Aktual.com — Aliran kucuran dana pinjaman dari China Development Bank (CDB) kepada Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar USD3 miliar disinyalir terindikasi keterlibatan pemerintah secara tidak sehat. Pasalnya, dalam Rapat Kerja (Raker) Komisi XI DPR RI, terdapat beberapa nama-nama debitur yang diduga didesain oleh pihak tertentu. Nama debitur tersebut lebih kepada sektor migas/pertambangan, perkebunan, atau properti.

“Memang portofolio kredit bank-bank BUMN sejak lama sudah terlalu didominasi oleh perusahaan besar, dan itu-itu saja. Kalau tidak perusahaan migas dan pertambangan ya perkebunan, atau properti. Nah, kita tahu siapa saja Taipan indonesia yang menguasai sektor-sektor ini,” ujar Ketua Koalisi Anti Utang (KUA), Dani Setiawan kepada Aktual di Jakarta, Selasa (15/3).

Dari beberapa nama perusahaan yang mendapat kredit dana utangan dari China, ternyata terdapat nama-nama perusahaan milik Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Arifin Panigoro. Bahkan ada satu perusahaan yakni, PT Indah Kiat yang bergerak di sektor pulp and paper yang sepertinya jauh dari konteks pembangunan infrastruktur.

PT Indah Kiat memang mendapat kucuran kredit dari BRI sebanyak USD175 juta, dari Mandiri sebesar USD50 juta. PT Indah Kiat merupakan salah anak perusahaan sinarmas grup yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode INKP.

“Apabila melihat debitur bank BUMN tersebut, ada conflict of interest. Selama ini, sudah terlalu banyak konglomerat menikmati kucuran kredit perbankan BUMN,” jelasnya.

Menurutnya, perusahaan-perusahaan besar milik para Taipan tentu punya akses lebih baik untuk mendapatkan kredit.

“Para Taipan ini memiliki Jaringan, kapasitas, dan lobby yang menjangkau dari level direksi, komisaris, hingga pemegang saham (pemerintah). Tetapi tidak semua usaha mereka juga sebenarnya sehat. Bank-Bank BUMN juga sudah terlalu banyak memberikan keringanan-keringan dalam pembayaran cicilan para taipan ini, bahkan setiap tahun banyak diantara mereka yang mendapatkan pengampunan utang,” tegasnya.

Padahal, lanjutnya, mereka memungut tabungan dari masyarakat. Sementara kucuran kredit bagi usaha rakyat paling cuma 20-persenan saja.

“Sementara, perlakuan bank terhadap usaha rakyat tidak kurang selayaknya rentenir yang menjerat rakyat,” pungkasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi kertas yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1981. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam kertas.

Kemudian perusahaan milik JK dan Arifin juga ada di daftar tersebut. Perusahaan PT Bosowa Energi mendapat kredit dari BRI sebanyak USD143 juta. Dan dari bank yang sama ada PT Semen Bosowa yang diberi pinjaman USD55,7 miliar.

Sementara perusahaan milik Arifin ada PT Medco E&P Tomori Sulawesi yang dikucuri Mandiri sebanyak USD50 juta. Dan juga ada PT Medco Energi International Tbk juga dapat kredit dari Mandiri sebanyak USD245 juta.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka