Ilustrasi- Seseorang sedang berdoa

Jakarta, Aktual.com – Sebaik-baiknya Hamba Allah SWT pasti tidak pernah luput dari melakukan perbuatan dosa baik dosa terkecil ataupun dosa terbesar, ia sadari atau tidak ia sadari.

Terkadang karena perkara tersebut, pernah terbesit dihati kita, siapakah hamba yang paling banyak beribadahnya kepada Allah SWT selain Rasulullah SAW dan para sahabatnya?

Al-Imam Ahmad bin Hanbal dalam suatu riwayat dalam kitab al-Zuhd bahwa Imam Sa’id bin Jubair pernah ditanya oleh seorang laki-laki yaitu:

حدثنا عبد الله حدثني محمد بن زيد الكوفي حدثنا يحيي بن يمان عن أشعث عن جعفر قال: قيل لسعيدٍ: مَن أعْبَدُ النّاسِ؟ قال: رجلٌ إجترَح من الذنوب فكلَّمَا ذكَرَ ذَنبَهُ إحتقَر عمَلَه

Abdullah bercerita kepada kami, Muhammad bin Zaid al-Kufi bercerita, Yahya bin Yaman bercerita, dari Asy’ats, dari Ja’far, ia berkata:  “Sa’id bin Jubair ditanya: “Siapa orang yang paling (banyak) ibadah(nya di antara) manusia?” (Imam) Sa’id bin Jubair menjawab: “Seseorang yang melakukan dosa, kemudian setiap kali dia teringat dosanya, dia memandang rendah amalnya”

Ibadah adalah bentuk penghambaan kepada Allah SWT dengan disertai ritual-ritual khusus dan juga terbebas dari penyembahan sesame makhluk. Sayidina Mughirah bin Syu’bah, sahabat Nabi yang Mulia mengatakan:

وإخراج العباد من عبادة العباد إلى عبادة الله

“Mengeluarkan (atau membebaskan) para hamba dari menyembah sesama makhluk kepada (hanya) menyembah Allah (semata).”

Artinya, Ibadah merupakan menyetarakan sesama makhluk dengan tidak ada yang lebih mulia, tidak ada yang lebih unggul dan tidak ada yang lebih utama. Seorang ahli ibadah, tidak akan memandang rendah orang lain, apalagi memuliakan diri sendiri.

Karena itu, ketika ditanya tentang siapakah orang yang paling banyak beribadahnya kepada Allah SWT, ia tidak menjawab secara langsung, akan tetapi ia menggambarkan dengan sebuah ciri-ciri.

Dari semua ini kita dapat mengambil beberapa pelajaran yaitu:

Pertama, Pentingnya manusia agar disadarkan bahwa semua manusia baik ahli ibadah atapun tidak, diingatkan kalau semua manusia itu pernah berbuat dosa.

Kedua, Pentingnya mengingat dosa yang pernah kita lakukan, dengan mengingat kita tidak akan merasa bahwa diri inilah yang paling banyak beribadah.

Ketiga, Pentingnya memandang rendah amal. Memandang rendah amal dalam artian bahwa amal yang kita lakukan tidak lebih banyak dan tidak lebih mulia daripada dosa yang kita lakukan. Perbuatan ini bisa menghilangkan sifat sombong, seperti halnya Dajjal laknatullah menganggap bahwa dirinya itu lebih mulia daripada Adam ‘alaihissalam.

Waallahu a’lam

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arie Saputra