Malang, Aktual.com – Menteri ESDM, Ignasius Jonan semakin percaya diri untuk menghadapi PT Freeport Indonesia seiring adanya gelombang dukungan dari rakyat agar Indonesia berdaulat atas perusahaan asal Amerika Serikat itu dalam mengekploitasi kekayaan alam di Papua.
Bahkan setelah Freeport melancarkan intervensi dengan merumahkan karyawan dan mengancam pemerintah Indonesia dengan wacana gugatan ke Mahkamah Arbitrase, Jonan mampu menunjukkan wibawa Indonesia dan menganggap permasalahan dengan perusahaan itu tidak sebesar apa yang ia bayangkan.
“Dulu sebelum mengurus ESDM saya kira Freeport itu gajah tapi ternyata hanya sapi,” katanya di Universitas Muhammadiyah Malang, ditulis Rabu (22/2).
Ia menunjukkan perbandingan kapitalisasi perusahaan tambang Freeport dengan perusahaan asing lain yang berinvestasi di Indonesia. Dengan total nilai perusahaan tambang seluruh dunia mencapai USD 20 miliar, Freeport masih kalah dengan Exxon Mobile USD 355 miliar dan Chevron USD 204 miliar.
“Exxon yang mewakili seperempat dari produksi minyak Indonesia dan Chevron yang 35 persen produksi minyak nasional saja nggak rewel,” ujarnya.
Ia bahkan membandingkan Freeport dengan BUMN milik Pemerintah Indonesia. Nilai perusahaan Freeport hanya selisih tipis dengan BRI sebesar USD 21 miliar dan Bank Mandiri sebesar USD 19,5 miliar.
Melihat dari kenyataan itu, pernyataan Jonan juga melegitimasi bahwa harga saham divestasi yang ditawarkan Freeport terlalu mahal. nilai 100 persen saham PT Freeport Indonesia diklaim mencapai USD16,2 atau setara Rp225,18 triliun dengan kurs Rp13,900. Dengan demikian, harga dari 10,64 persen saham sebesar USD1,7 miliar atau setara dengan Rp23,63 triliun.
Namun pihak pemerintah menawarkan harga untuk saham 10,64 persen itu menjadi USD 630 juta, atau kurang dari separuh harga yang diinginkan Freeport.
Dadangsah
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan