Jakarta, Aktual.com – Skandal impor minyak Glencore membuka sejarah panjang gelapnya pengadaan minyak mentah yang diklaim Pertamina mampu memotong pemburu rente atau mafia migas. Terungkapnya ketidaksesuaian pengiriman minyak pesanan tersebut membuktikan bahwa pemburu rente masih ada dan tumbuh subur dalam tubuh Pertamina saat ini.
Direktur Energy Watch, Mamit Setiawan menilai ketidaksesuaian komposisi impor minyak yang dilakukan Glencore berakibat fatal terhadap pasokan BBM pada kilang Pertamina. Bahkan Pertamina diharuskan mencari pengganti pasokan agar kilang dapat beroperasi mencukupi kebutuhan BBM. Akibat kerugian tersebut, sudah seharusnya Pertamina meminta ganti rugi dan mem-Blacklist Glencore dari Daftar Mitra Usaha Terseleksi (DMUT).
“Skandal impor minyak ini sudah sangat jelas, Glencore harus di blacklist dari salah satu DMUT ISC-Pertamina. Selain itu, Jajaran pejabat ISC-Pertamina termasuk Dirut Pertamina Dwi Soejipto juga harus diperiksa dan diberikan sanksi atas kelalaian yang sepertinya disengaja,” Ujar Mamit Setiawan kepada Aktual, Sabtu (1/10).
Dikatakan Mamit, dalam kasus skandal impor minyak tersebut, selain di blacklist, Glencore harus diberikan pinalti juga.
“Saya yakin dalam kontrak itu pasti ada klausul pinalty. Pertamina harus bisa menekan kepada Glencore untuk membayar kerugian akibat salah kirim tersebut,” terangnya.
Mamit menegaskan bahwa ISC-Pertamina harus membuktikan tranparansinya terkait tender minyak tersebut, termasuk bunyi tender pengadaan minyak yang menyebutkan secara rinci komposisi minyak impor Glencore. Pasalnya, jika dalam tender tidak terdapat detil komposisi, oknum pertamina bisa bermain dalam pasal karet.
“Jangan sampai Mafia Migas hanya berganti nama dari Petral-PES ke ISC-Pertamina,” jelasnya.
Dirinya pun meragukan transparansi ISC-Pertamina, apalagi jika Pertamina tidak mengetahui jauh-jauh hari minyak kiriman Glencore sebelum sampai ke Balikpapan.
“Ini kesalahan komposisi apakah kesalahan Glencore atau atas permintaan ISC? atau jika tidak di ketahui publik ini jadi bancakan di ISC. Artinya ada kesalahan yang disengaja. Apalagi jika ada potensi keuntungan USD10 per barrel,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka