Jakarta, Aktual.com — Tenaga Ahli (TA) Menteri Bidang Kebijakan Energi dari Kementerian Koordinator Maritim dan Sumber Daya, Abdulrachim merasa heran melihat Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menjiplak secara mentah-mentah hasil perhitungan dari Inpex.
Menurutnya perhitungan dari Inpex tidak rasional setelah diperbandingkan dengan perhitungan dari Fortuga, berdasarkan perhitungan Fortuga membuktikan pembangunan kilang menggunakan skema di darat lebih murah daripada kilang di laut.
“Ini ada perbedaan hitungan antara tim Fortuga, dan hitungan Inpex-Shell. Itungannya terbalik. Fortuga itung laut lebih mahal dari darat. Inpex bilang laut lebih murah dari darat, Tapi kok bisa SKK Migas jiplak mentah-Mentah itungan Inpex yang diputar balik. Seolah kilang laut lebih murah dari di darat,” kata Abdulrachim di Kantor Kementerian Maritim Jakarta, Jum’at (11/3).
Berdasarkan keyakinannya, perhitungan Fortuga lebih credible karena terdiri dari orang-orang yang sangat berpengalaman di bidang energi.
“Yang jelas Fortuga itu terdiri dari pak Haposan yang bergerak di bidang LNG, ada pak Yoga yang pernah rancangkan membangun jadi Dirut di Bontang. Dia alami maintenance, repairing karena di Indonesia ada 16 kilang LNG darat. Jadi mereka ahli-ahli Indonesia sangat berpengalaman di kilang darat dan pengalaman di hitungannya,” tuturnya.
Lebih lanjut dia memperbandingkan kilang Prelude di Australia yang dibangun dengan skema di laut dengan kapasitas 3,6 jt ton LNG per tahun menelan biaya USD12,6 miliar, sedangkan biaya pembangunan kilang Masela menggunakan skema yang sama sengaja diperkecil agar seolah-olah lebih efisien.
“Nah Masela kapasitas 7,5jt ton LNG per tahun kok bisa dihitung biayanya USD14,8 miliar. Itu kan dua kali lipat prelude, kok harganya cuma 20 persen diatas prelude. Kan ngak masuk akal. Hitungan Inpex ini yang dijiplak mentah-mentah SKK dan dipresentasikan di istana. Ini yang bikin kisruh,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka