Cerita nasi goreng kembali jadi bumbu diplomasi politik antara Megawati Soekarnoputri dan Presiden Prabowo Subianto. Kisah kuliner ini bukan sekadar nostalgia. Awal tahun 2025, tepatnya dalam HUT ke-52 PDIP, 10 Januari 2025, Megawati menegaskan hubungannya dengan Prabowo baik-baik saja.
“Media mikir saya sama Pak Prabowo musuhan apa tidak, tidak,” tegasnya.
Ia juga mengungkit momen saat Prabowo datang ke rumahnya di Teuku Umar, 24 Juli 2019, dan disuguhi nasi goreng.
“Dia senang saya masakin nasi goreng,” kata Megawati kala itu.
Nostalgia nasi goreng kembali disinggung Megawati ketika menghadiri Trisakti Tourism Award 2025 di Jakarta, Kamis 8 Mei 2025, Megawati mengungkap Prabowo kerap meminta dirinya memasakkan nasi goreng.
“Presiden bolak-balik nanya ‘Kapan aku dibikinin nasi goreng Mbak ya’. Yo Presiden sopo yo? Terang aja dah,” ujar Megawati sambil berkelakar.
Memang, sebulan sebulan sebelumnya, Senin 7 April 2025, Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bertemu empat mata di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.
Pertemuan ini menjadi sorotan politik nasional. Selain digelar secara tertutup tanpa kehadiran elite partai, pertemuan ini berlangsung selama sekitar satu setengah jam dan disebut-sebut penuh nuansa personal.
Format yang sangat informal itu mencerminkan upaya rekonsiliasi dan komunikasi elite pasca-Pemilu 2024, sekaligus menghapus bayang-bayang rivalitas lama antara keduanya.
Dikutip dari laman ugm.ac.id, pengamat politik UGM, Alfath Bagus Panuntun El Nur, mengatakan format informal ini mencerminkan bahwa komunikasi elit politik seringkali terjadi dalam ruang-ruang tertutup. yang strategis. Dia menyebut potensi besar dari pertemuan tersebut untuk membahas konsolidasi kepentingan nasional secara lebih efektif.
Melalui nasi goreng, Megawati menyampaikan isyarat politik yang hangat namun penuh makna, seolah menyisipkan pesan, kedekatan politik pun punya rasa, harga, dan waktu penyajian yang tepat.
“Siapa mau nasi goreng Ibu Mega? Yo tapi bayar loh. Gimana enggak bayar, masa saya selalu dalam posisi tertekan,” katanya.
Momen kehangatan dua tokoh politik itu berlanjut. Pertemuan antara Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri dalam peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2025 di Gedung Pancasila menyita perhatian publik karena memperlihatkan kehangatan hubungan keduanya pasca Pilpres 2024.
Prabowo terlihat menggandeng tangan Megawati dan bahkan membiarkan Ketua Umum PDIP itu berjalan di depan Gibran Rakabuming, yang kini menjadi wakil presidennya terpilih. Gestur ini ditafsirkan sebagai bentuk penghormatan dan simbol akrabnya relasi politik mereka.
Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, menegaskan suasana pertemuan sangat cair dan penuh keakraban. Sementara PDIP menyebut bulan Juni sebagai momen penuh makna karena bertepatan dengan bulan lahirnya Bung Karno dan Pancasila.
Keakraban yang ditunjukkan di hadapan publik menjadi sinyal kuat bahwa tak ada ganjalan personal antara Megawati dan Prabowo, justru memperlihatkan semangat rekonsiliasi dan kesadaran akan pentingnya kebersamaan dalam dinamika politik nasional.
Dalam acara Peluncuran Kelembagaan 80.000 Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih di Desa Bentangan, Klaten, Jawa Tengah, Senin, 21 Juli 2025, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan kehangatan relasi politik antara Partai Gerindra dan PDIP dengan menyebut keduanya seperti kakak-adik.
Di hadapan Ketua DPR Puan Maharani, ia juga menegaskan kedekatannya dengan ideologi Bung Karno.
“Nuwun sewu, Mbak Puan, Bung Karno bapak saya juga,” ujar Prabowo.
“Sebenarnya PDIP sama Gerindra ini kakak adik ini,” Prabowo melanjutkan dan disambut hangat hadirin.
Juni Kehangatan, Juli Penuh Kejutan
Setelah Juni penuh kehangatan, bulan Juli penuh kejutan. Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, secara resmi menginstruksikan seluruh kader partai untuk mendukung pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Instruksi ini disampaikan oleh Ketua DPP PDIP, Deddy Yevri Sitorus, saat memberikan keterangan kepada media di Nusa Dua, Bali, Kamis, 31 Juli 2025.
“Ibu (Megawati Soekarnoputri) menegaskan bahwa kita mendukung pemerintah. Mendukung dalam arti semua upaya yang dilakukan pemerintah yang positif dalam rangka menjaga negara, bangsa dan masyarakat ini supaya bisa melalui berbagai kondisi yang kurang baik saat ini,” kata Deddy.
Selain itu, Deddy juga menyampaikan pesan penting tentang soliditas partai sebagai fondasi utama.
“Ibu mengingatkan, agar partai bisa berperan maksimal, maka soliditas internal adalah kuncinya,” katanya.
Sambal Amnesti di Tengah Meja Koalisi?
Di hari yang sama, pemerintah melalui Menteri Hukum dan HAM Supratman Andi Agtas mengonfirmasi bahwa dirinya mengusulkan amnesti untuk Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan abolisi untuk mantan Menteri Perdagangan Tom Lembong kepada Presiden Prabowo Subianto.
“Surat permohonan dari hukum kepada Bapak Presiden untuk pemberian amnesti dan abolisi saya yang tanda tangan,” ungkapnya.
Menurut Supratman, pertimbangan utama pemberian abolisi dan amnesti adalah demi menjaga persatuan menjelang HUT RI ke-80.
“Yang paling utama, demi kondusivitas dan merajut rasa persaudaraan,” ujarnya.
Pengajuan tersebut disambut DPR RI yang menyetujui dua surat presiden tertanggal 30 Juli 2025, masing-masing terkait amnesti terhadap Hasto dan abolisi untuk Tom Lembong.
“Diberikan amnesti termasuk saudara Hasto Kristiyanto,” kata Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad di Kompleks Parlemen, Kamis (31/7/2025).
Pemberian amnesti ini mengakhiri proses hukum Hasto, yang sebelumnya divonis 3,5 tahun penjara karena menyuap Rp400 juta kepada Komisioner KPU Wahyu Setiawan guna meloloskan Harun Masiku sebagai anggota DPR RI.
Kini, setelah DPR menyetujui langkah selanjutnya adalah penerbitan Keputusan Presiden sebagai tindak lanjut persetujuan DPR atas usulan presiden.
Di hari yang sama, Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di kediaman Megawati pada Kamis malam, 31 Juli 2025.
Dalam unggahan Instagram @sufmi_dasco, Dasco menyebut pertemuan itu sebagai upaya “Merajut tali kebangsaan dan persaudaraan.”
Tampak hadir pula Ketua DPR RI Puan Maharani, politikus Gerindra Prasetyo Hadi, serta putra Megawati, Muhammad Prananda Prabowo. Suasana hangat tergambar dalam sesi foto bersama hingga swafoto yang diunggah beberapa jam kemudian.
Menariknya, pertemuan ini berlangsung bertepatan dengan pengumuman resmi dari Presiden Prabowo terkait pemberian abolisi kepada Tom Lembong dan amnesti terhadap 1.116 terpidana, termasuk Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
Kedekatan simbolik antara elite PDIP dan Gerindra di momen krusial ini menguatkan spekulasi bahwa jalur komunikasi politik kedua partai semakin cair, bahkan membuka ruang tafsir publik soal makna di balik “rekonsiliasi nasi goreng” yang telah lama dirintis.
Artikel ini ditulis oleh:
Andry Haryanto

















