Menteri Keuangan Sri Mulyani mendengarkan pertanyaan saat paparan realisasi pelaksanaan APBNP 2016 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (3/1). Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 tumbuh lima persen, lebih rendah dari asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016 sebesar 5,2 persen. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/foc/17.

Denpasar, Aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani, enggan menanggapi artikel yang diterbitkan majalah bisnis ternama dunia, Forbes yang mengkritisi pidato Presiden Joko Widodo pada sidang tahunan MPR RI pada 16 Agustus lalu. Sri Mulyani mengaku enggan mengomentari artikel yang ditulis Forbes pada 16 Agustus 2017 yang berjudul “Jokowi Widodo Is In Error Here – It’s More Development Indonesia Berdasarkan, Not Equality Of Proverty”.

“Saya tidak mau berkomentar soal itu,” ucap Sri Mulyani singkat, saat dikonfirmasi di Nusa Dua, Bali, Jumat (25/8).

Dalam artikelnya, Forbes menyebut Jokowi salah mendiagnosa permasalahan ekonomi Indonesia. “It’s always slightly worrying when the ruler, or leader, of a place manages to get the basic diagnosis wrong, which is what I think is happening here with Jokowi in Indonesia.”

(“Selalu sedikit mengkhawatirkan saat sang penguasa, atau pemimpin, dari sebuah tempat memiliki diagnosa dasar yang salah, inilah yang saya pikir terjadi dengan Jokowi di Indonesia.”)

Jokowi, tulis artikel Forbes, menyebut bahwa Indonesia butuh lebih banyak kesetaraan distribusi kekayaan disaat masalahnya sama sekali bukan itu, alih-alih, tak ada cukup kekayaan untuk didistribusikan. Karena itu perhatian seharusnya diberikan kepada lebih banyak penciptaan kekayaan dibanding mendistribusikan jumlah tidak cukup yang sekarang tersedia.

Karena itu kita perlu memutuskan apakah sebetulnya masalahnya adalah ketidaksetaraan atau kemiskinan. Yang anda pikir sebagai masalah yang lebih besar tentunya tergantung selera anda, tapi bahkan dengan GDP per Kapita sebesar USD 11,000, maka kemiskinan sebagai masalah yang lebih besar.

Dalam hal kemiskinan, lanjut Forbes, Indonesia berada di tahap yang sama dengan Amerika Serikat pada tahun 1930-an hingga 1940-an.
Laporan Bobby Andalan, Bali

Artikel ini ditulis oleh: