Jakarta, Aktual.com – Stabilitas nilai tukar rupiah dan pergerakan harga minyak dunia menjadi perhatian pemerintah dalam menjaga laju inflasi di tahun 2022.

“Target inflasi tahun 2022 di rentang 2 hingga 4 persen. Pemerintah dan otoritas moneter akan menjaga laju inflasi agar tetap rendah dan stabil,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani saat memberikan tanggapan soal target inflasi tahun 2022, Selasa (1/6).

Dalam upaya pengendalian inflasi, pemerintah masih akan tetap menerapkan strategi 4K yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif  dalam menjaga ekspektasi inflasi masyarakat

Sasaran inflasi dalam jangka menengah dan panjang, jelas Menteri Keuangan, akan dicapai melalui pengendalian inflasi inti yang erat kaitannya dengan ekspektasi masyarakat.

Pengendalian itu dilakukan dengan mewaspadai berbagai faktor yang dapat mempengaruhi laju inflasi, antara lain dari sisi stabilitas nilai tukar rupiah.

“Stabilitas nilai tukar rupiah diharapkan tetap terjaga dan bergerak sesuai faktor fundamentalnya. Nilai tukar rupiah yang stabil akan meminimalkan risiko transmisi imported inflation, terutama dari gejolak harga komoditas yang berasal dari global,” jelasnya.

Selain itu, fluktuasi harga volatile food, tambah Sri Mulyani, juga harus dikendalikan agar masyarakat mendapat kepastian akses terhadap bahan pangan yang terjangkau.

“Pemerintah juga terus mengelola risiko yang berasal  dari administered price dengan melakukan kebijakan yang dilakukan secara terukur, dalam menjaga arah pemulihan ekonomi nasional, dan menjaga konsumsi rumah tangga, namun juga  bisa menyehatkan sektor usaha,” paparnya.

Selain nilai tukar rupiah, pemerintah juga terus memantau pengaruh fluktuasi harga minyak mentah dunia yang dapat berpengaruh pada inflasi nasional.

Dikatakan Sri Mulyani, arah pergerakan harga minyak mentah dunia saat ini, masih cenderung meningkat. Hal ini memberi dampak positif pada sisi penerimaan migas di APBN. Di sisi lain, harga minyak yang meningkat dapat berisiko bagi subsidi energi yang akan mempengaruhi postur APBN juga.

“Dinamika pandemi masih akan mempengaruhi dinamika  ekonomi global dan harga minyak dunia. Saat ini  faktor perubahan iklim sangat mempengaruhi iklim usaha di bidang minyak dan gas. Ini harus jadi perhatian kita dalam melaksanakan rancanagn APBN 2022,” paparnya.

Hal lainnya yang perlu diwaspadai karena dapat mempengaruhi harga minyak dunia dalam jangka menengah panjang adalah penggunaan energi alternatif tapi ramah ramah lingkungan, termasuk perubahan tensi geopolitik dunia yang akan berdampak pada sektor energi.

“Pemerintah memandang asumsi harga minyak tahun 2022 di kisaran 55 dollar hingga 65 dollar per barel mencerminkan dinamika dan berbagai faktor ketidakpastian tadi,” pungkasnya.(RRI)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Warto'i