Gaza, aktual.com – Sejumlah 2,3 juta penduduk Gaza menghadapi kesulitan untuk mendapatkan pasokan air minum yang memadai. Kondisi ini memaksa mereka untuk mengonsumsi air limbah yang saat ini mengalir di jalanan Gaza, setelah seluruh layanan sanitasi berhenti beroperasi akibat serangan Israel.
Dampak dari situasi ini menyebabkan banyak warga Palestina mengalami serangan penyakit gastrointestinal dan menular, termasuk kolera.
Di sebuah lembaga pendidikan yang diurus oleh badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) di Khan Younis, wilayah selatan Gaza, seorang pria bernama Osama Saqr (33) berusaha mengisi beberapa botol dengan air untuk memenuhi kehausan anak-anaknya. Setelah mengonsumsinya, ia merasakan rasa asin dari cairan tersebut dan mengeluarkan nafas panjang dengan ekspresi kesakitan.
“Itu tercemar dan tidak cocok, tetapi anak-anak saya selalu meminumnya, tidak ada alternatif lain,” katanya kepada Al Jazeera.
Anak laki-laki Saqr yang berusia satu tahun mengalami masalah diare, namun Saqr kesulitan menemukan obat di rumah sakit atau apotek untuk mengatasi kondisi tersebut.
“Saya khawatir pada akhirnya saya akan kehilangan salah satu anak saya karena keracunan ini,” ujarnya.
Dari sudut pandang lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa lebih dari 44.000 kasus diare dan 70.000 infeksi saluran pernapasan akut telah menyerang penduduk Gaza. Angka tersebut kemungkinan jauh lebih tinggi daripada yang tercatat. WHO juga menyatakan keprihatinan karena datangnya hujan dan banjir selama musim dingin diperkirakan akan memperburuk situasi yang sudah sangat sulit ini.
“Kami mendengar sekitar beberapa ratus orang memakai satu toilet di pusat-pusat UNRWA dan jumlahnya meningkat, sehingga orang-orang melakukan buang air besar sembarangan,” imbuh Richard Brennan, direktur darurat regional untuk wilayah Mediterania Timur di WHO.
“Mereka harus mencari tempat untuk pergi ke kamar mandi di lingkungan tempat mereka menginap. Ini merupakan risiko kesehatan masyarakat yang sangat besar dan juga sangat memalukan,” ucapnya.
Brennan menyatakan bahwa tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, manajemen limbah padat yang kurang efektif, sanitasi yang tidak memadai, dan praktik buang air besar di tempat terbuka berperan dalam penyebaran berbagai penyakit, termasuk diare, infeksi saluran pernapasan, dan infeksi kulit seperti kudis.
Organisasi PBB juga telah memberikan peringatan bahwa penghentian layanan air dan sanitasi dapat memicu wabah kolera jika bantuan kemanusiaan yang mendesak tidak segera diberikan.
“Jika tidak ada perubahan, akan semakin banyak orang yang jatuh sakit dan risiko wabah besar akan meningkat secara dramatis,” kata Brennan.
Selain itu, pihak berwenang kesehatan di Gaza telah memberikan peringatan bahwa kekurangan pasokan air bersih, yang disebabkan oleh krisis bahan bakar, dapat membahayakan nyawa 1.100 pasien yang menderita gagal ginjal, termasuk 38 anak-anak.
Umi al-Abadla, pejabat kesehatan di Gaza, menjelaskan bahwa air yang sebelumnya diolah dan dibagikan di stasiun pengisian bahan bakar sudah tidak dapat diolah lagi untuk dikonsumsi karena kekurangan bahan bakar yang diperlukan untuk menjalankan sistem listrik.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain