Sirojudin Abbas. (ilustrasi/aktual.com)
Sirojudin Abbas. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menemukan tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia semakin memburuk di pemerintahan Jokowi-JK selama dua tahun terakhir.

“Program pro kesejahteraan saat ini masih belum terwujud. Di sektor kesejahteraan sosial belum terjadi dalam temuan ini,” kata peneliti SMRC Sirojudin Abbas saat diskusi rilis di Kantor SMRC, Jl. Cisadane No. 8 Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (24/7).

Adapun indikator pernyataan itu diukur dari kebutuhan berobat masyarakat dirasa semakin berat hingga angka 31 persen. Dan responden yang menyatakan sama saja atau tidak ada perubahan juga sebesar 31 persen walaupun yang menjawab semakin ringan sebesar 37 persen, namun angka itu tentu tidak sebanding dengan akumulasi jawaban merasa berat dan tidak ada perubahan.

Kemudian masyarakat juga merasa kebutuhan harga pokok semakin terpukul selama kepemimpinan Jokowi-JK. Sebanyak 61 persen menjawab harga-harga semakin memberatkan, 29 persen merasa sama saja, dan hanya 9 persen merasa ringan.

Adapun sektor pendidikan, sebanyak 34 persen merasa semakin ringan sedangkan 31 persen merasa lebih berat dan 29 persen menyampaikan tidak ada perubahan atau sama saja.

Selanjutnya sebanyak 62 persen responden mengatakan jumlah pengangguran semakin bertambah, dan 72 persen masayarakat merasa sulit mencari lapangan.

Jawaban responden di atas tercermin dari persoalan selanjutnya yaitu 54 persen responden menganggap tingkat kemiskinan semakin meningkat dan tingkat kesenjangan berada di angka 34 persen responden dan 44 persen responden menganggap tidak ada perubahan.

Lebih khusus, masalah negatif dan mendesak untuk diatasi adalah terkait harga-harga kebutuhan pokok, pengangguran, lapangan kerja dan pemerataan kesejahteraan,” pungkasnya.

Survei SMRC kali ini dilakukanya berskala nasional pada 22-28 Juni 2016. Adapun metode yang digunakannya yakni sampling dan random dengan 1220 responden.