Seorang pekerja melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (28/3). IHSG pada perdagangan Senin (28/3) ditutup melemah 53,4 poin atau 1,11 persen ke level 4.773,6. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/kye/16.

Jakarta, Aktual.com —  Ketua Umum Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI), Mudjiharno menyebut arah perekonomian di 2016 masih susah diprediksi.

Hal ini terimbas dari laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih tak jauh dari level 4.800-an. Padahal sejak 2015, semua orang optimis terhadap laju IHSG yang bakal lebih positif. Tapi nyatanya, hingga April masih stagnan.

Untuk itu, pihaknya belum berani menargetkan penempatan investasi di mana saja di 2016. Baru nanti setelah semester I-2016 baru ketahuan langkahnya.

“Orang bilang setelah Juni, IHSG akan naik mencapai level 5.000, tapi itu susahnya setengah mati, sekarang masih bergerak di kevel 4.800-an,” terang dia saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/4).

Padahal, kata dia, pada awal 2015 bisa sampai di level 5.000 sampai 6.000, tapi sepertinya justru peluang IHSG terkoreksi masih besar.

“Jadi, kami masih akan menunggu saja sampai Juni,” tegasnya.

Untuk mengantisipasi langkah IHSG yang masih fluktuatif itu, pihak ADPI mencari aman dengan menginvestasikan dananya di obligasi, termasuk di Surat Berharga Negara (SBN) serta reksa dana.

Menurut Mudjiharno, hingga Februari 2016, pihaknya sudah menempatkan di SBN sebanyak 19,89 persen atau hampir memenuhi ketentuan yang diwajibkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 20 persen di 2016. Sementara di reksa dana sebesar 6 persen.

“Nanti di 2017 penempatan di SBN harus 30 persen,” tandas dia.

Dana kelolaan ADPI sendiri per Februari 2016 mencapai Rp206 triliun dari 232 anggota. Sedangkan, jelas dia aset investasi besar Rp197 triliun dan diharapkan bisa meningkat menjadi Rp215 triliun.

Untuk instrumen investasi di obligasi dan reksadana, kata dia, kurang lebih mencapai Rp 87 triliun.

“Kalau ditambah SBN yang mencapai 19,89 persen maka totalnya mencapai Rp129 triliun, itu investasi dana pensiun yang saat ini ada di situ,” katanya.

Untuk investasi di saham, ADPI menempatkan dananya sebesar 14 persen dari aset investasi. Penempatan aset investasi di instrumen saham dibagi menjadi dua akun, yakni dana investasi untuk trading dan satu akun lagi untuk investasi jangka panjang.

“Tetapi, penempatan di long term pasti lebih besar,” tandas dia.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, pada tahun ini pihaknya akan meningkatkan porsi investasi di saham, meski tidak lebih dari 20 persen. “Memang peningkatan investasi di saham ini karena ada harapan, perekonomian tahun ini akan lebih baik dibanding 2015, meski masih berat,” tandasnya.

Menurut dia, faktor pengambat tetap berasal dari kebijakan pemerintah akan berjalan baik atau tidak, serta perkembangan ekonomi global, terkait laju ekonomi di Amerika Serikat dan China.

“Kalau hal itu semua mendukung, maka pertumbuhan di alam negeri juga akan meloncat (naik). Maka kuncinya pembangunan infrastruktur, kalau semakin baik tentu makin positif,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka