Jakarta, Aktual.com – Dalam khutbah Syech Dr Yusri Rushdy pada hari Jumat, 12 Agustus 20016/9 Dzulqadah 1437, di Masjid Muqotom Kairo Mesir mengatakan bahwa istiqomah dalam beribadah telah diperintahkan kepada para Nabi dan para pengikutnya. Hal tersebut tersirat dalam surah Huud, Allah SWT berfirman :

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلاَ تَطْغَوْاْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“maka tetap (istiqomah) lah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang-orang yang telah bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat setiap apa yang kamu kerjakan”. (QS:Huud/11 ayat 112)

Dari ayat diatas, secara tegas Nabi SAW dan para sahabat diperintah untuk memlihara amalan ibadah secara terus menerus, tidak berlebihan atau melampaui batas yang telah digariskan oleh syariat dalam pelaksanaannya, dan diperintah untuk menjaga hati agar selalu ikhlas karena Allah SWT semata dalam beramal, ingat bahwa Allah SWT mengetahui isi hati setiap hamba.Kemudian pada ayat berikutnya Allah SWT berfirman:

وَلاَ تَرْكَنُواْ إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ اللّهِ مِنْ أَوْلِيَاء ثُمَّ لاَ تُنصَرُونَ
“dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang pun penolong selain Allah, kemudian kamu tidak akan mendapatkan pertolongan,”(QS:Huud/11 ayat 113).

Syech menambahkan bahwa larangan memiliki kecenderungan kepada pihak yang zalim pada ayat diatas, demi memelihara kesinambungan dalam beribadah kepada Allah SWT, sebab pergaulan dengan orang-orang yang tidak baik dapat menjerumuskan kita pada penyimpangan dari jalan menuju Allah SWT.

Pentingnya Sahabat Dalam Beribadah

Syech Yusri melanjutkan khutbahnya bahwa bergaul dengan orang-orang yang saleh dapat membimbing kita sampai kepada-Nya. Hal senada, telah diperintahkan Allah SWT kepada Luqman Al Hakim dalam firman-Nya:

وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“dan ikutilah (wahai Luqman) jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku” (QS:Luqman:31 ayat 15)

Menurut Syech Yusri bahwa peran teman bergaul sangatlah penting dalam membantu kita agar dapat beribadah secara istiqomah, karenanya Nabi SAW menyuruh kita untuk bersahabat dengan orang yang baik. Rasulullah bersabda:

اْلَمرْءُ عَلىَ دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَليَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِل
“Seseorang itu tergantung pada agama kawan dekatnya, maka lihatlah olehmu siapa kawan akrab orang tersebut”.(HR:Ahmad dan Jamaah)

syech Yusri juga mengatakan bahwa pengaruh sahabat sangat kuat dalam perjalanan ibadah dan menentukan kualitas agama seseorang, sebagaimana kebiasaan buruk pun kerap muncul disebabkan dari hasil pertemanan dengan orang yang tidak baik sehingga penanganan pertama bagi seorang pecandu pun adalah dengan cara memutus atau menjauhkannya dari komunitas para pecandu tersebut.

syech Yusri pun melanjutkan khutbahnya bahwa ketika Nabi SAW mendapat perintah (dalam surah Huud ayat 112 diatas) untuk memelihara dan menjaga umatnya agar beristiqomah, maka beliau merasa sangat prihatin atas keadaan umatnya, khawatir apabila umatnya kelak tidak bisa istiqomah dalam beribadah, sabda Nabi SAW:

شَيَّبَتْنِي هُودٌ وَأَخَوَاتُهَا
“Surat Hûd dan surat-surat semisalnya, telah membuatku beruban.”(HR Turmudzi)

Maksud ungkapan tersebut adalah bahwa perintah Allah dalam surat Huud ayat 112 cukup menjadi beban pikiran dan menimbulkan kekhawatiran, sampai rambut Nabi SAW beruban sebelum waktunya, karena dalam surat Huud tersebut Allah SAW menegaskan bahwa istiqomah merupakan suatu kewajiban bagi Nabi SAW dan umatnya, Berbeda dengan firman-Nya dalam surat Asy-Syuraa ketika Allah SWT hanya mewajibkan istiqomah atas pribadi Nabi SAW sendiri :

وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءهُمْ وَقُلْ آمَنتُ بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ مِن كِتَابٍ
“dan tetaplah (beristiqomah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (wahai Nabi) dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: “Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah” (QS:As-Syura:42 ayat 15)

Rasulullah SAW sangat menyayangi kita sebagai umatnya, kegelisahan dan kekhawatiran beliau kepada kita lebih dahsyat daripada kegelisahannya seorang bapa atas nasib anaknya, bahkan sampai sekarang (di alam barzakh) Rasulullah SAW sedang memperhatikan dan selalu melihat amaliah umatnya, dalam sabdanya :
وَفَاتِيْ خَيْرًا لَكُمْ تُعْرَضُ عَلَيَّ أَعْمَالُكُمْ فَإِنْ رَأَيْتُ خَيْرًا حَمِدْتُ اللهَ تَعَالٰى وَإِنْ رَأَيْتُ شَرًّا اِسْتَغْفَرْتُ لَكُمْ
“dan wafatku pun baik bagi kalian, Amal perbuatan kalian akan diperlihatkan kepadaku. Jika aku melihat sesuatu yang baik, kupanjatkan puji syukur kehadirat Allah, dan jika aku melihat sesuatu yang buruk maka aku memohonkan ampunan kepada-Nya bagi kalian”( HR. Al Hafidz Al Bazar dalam Musnadnya, Imam As-Suyuti dalam Sahihnya dan jamaah ulama hadist ).

Dan Nabi SAW akan tetap sibuk memberikan perhatian terhadap umatnya kelak di hari kiamat sebagaimana beliau adalah sosok yang sangat perhatian dimasa hidupnya.

Dalam rangka memudahkan kita agar dapat memelihara amalan ibadah secara rutin, Nabi SAW bersabda:
وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ
…dan minta bantuanlah dengan (melaksanakan ketaatan) di waktu pagi, sore, dan sebagian malam hari” (HR.Al-Bukhari dan Muslim)

Ada waktu-waktu tertentu yang dapat kita pergunakan sebaik mungkin untuk jadwal berdzikir dan melakukan shalat sunnah secara istiqomah yaitu bada subuh,bada asar/magrib dan pada sepertiga malam. Biasakanlah untuk melakukan shalat malam walaupun hanya dua rakaat, yang penting dawam, janganlah bersikap bakhil untuk kebaikanmu sendiri karena jika engkau tidak melakukannya sama sekali karena terhalang hawa nafsu, berarti engkau sedang dalam keadaan menjauh dari Allah SWT dan dan setiap kali engkau menjauhi-Nya maka rasa tenang dan kebahagiaan pun menjauh darimu.

Ketahuilah bahwa kebahagiaan yang sebenarnya adalah disaat jiwamu engkau bersihkan dari kotoran-kotoran maksiat sampai benar-benar bersih sehingga limpahan ilmu pengetahuan dari Allah SWT dapat tertuang dan tercermin di dalam jiwamu. (Deden Sajidin)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid