Kairo, Aktual.com – Syekh yusri hafidzohullah menjelasakan bahwasanya manusia itu ada beberapa tingkatan didalam hal khauf (rasa takut terhadap Allah) dan roja (rasa berharap atas karunia rahmat Allah).
Hendaklah seorang mukmin itu tidak keluar dari dua hal tersebut, sehingga keluar dari batasan yang diperbolehkan oleh syari’at dengan masuk kepada jurang keputusasaan.
Karena sesungguhnya , tidaklah seorang itu berputus asa melainkan karena adanya su’udzan kepada Allah Ta’ala. Dimana dia menganggap bahwa rahmat Allah itu sempit, sehingga dirinya tidak akan mendapatkan rahmat tersebut.
Sebagaimana putus asa ini adalah sifatnya orang kafir, yaitu orang yang tidak mengenal Tuhannya. Allah berfirman:
“إِنَّهُ لا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ ”
Artinya: “Sesungguhnya tidaklah seorang itu berputus asa dari rahmat Allah kecuail merekalah orang-orang kafir“ (QS. Yusuf : 87 ).
Bahkan Allah sendiri melarang hambanya untuk berputus asa, meskipun mereka sudah terlalu jauh melampaui batas aturan-aturanNya. Allah berfirman:
“قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا”
Artinya “Katakan wahai Muhammad “wahai hamba-hamba Ku, mereka orang-orang yang melampaui batas atas dirinya janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, karena sesungguhnya Allah maha mengampuni segala dosa“ (QS. Az Zumar 53 ).
Ya, semua dosa itu bisa diampuni oleh Allah, kecuali dosa syirik yaitu menyekutukan Allah, na’udzu billah, sebagaimana alQur’an menjelaskan:
“إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ”
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akanmengampuni orang yang menyekutukan diriNya, dan Allah mengampuni dosa selain syirik bagi hambanya yang dikehendaki “ (QS. An Nisa : 48).
Syekh Yusri hafidzohullah mengingatkan kepada kita, sebagaimana kita tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah, begitu pula kita tidak boleh berlarut dalam roja yaitu rasa harap kita kepada Allah, sehingga menjadikan kita berani untuk melakukan sebuah dosa, sebuah kekhilafan.
Jangan sekali-kali berdalih Allah itu bersifat Al Ghofur Ar Rahim, kemudian kita bermaksiat kepadaNya. Allah berfirman:
“أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ”
Artinya: “Maka tidaklah merasa aman dari makar Allah kecuali mereka orang-orang yang merugi “ ( QS. Al A’raf : 99 ).
Sebagaimana dikisahkah, sayiduna Umar RA berkata “kalau seandainya di hari kiamat nanti ada orang yang mengabarkan bahwasanya semua orang akan masuk surga, kecuali satu orang saja, maka saya akan mengira bahwa orang itu adalah Umar “.
Hal ini karena Sayiduna Umar adalah orang yang sangat paham terhadap Allah Ta’ala, padahal sebagaimana kita ketahui, bahwa dirinya adalah salah satu dari sepuluh sahabat Nabi yang diberi kabar gembira jaminan untuk masuk surga.
Syekh Yusri menjelaskan, bahwasanya ada tiga tingkatan manusia dalam hal khauf dan roja. Tingkatan yang pertama adalah ahlul bidayah ( golongan pemula ), yaitu mereka orang-orang yang lebih dominankhauf dari pada rojanya, sehingga mereka bersungguh-sungguh dalam beramal taat, dan meniggalkan segala larangan.
Maka mereka akan memiliki akhir yang baik. Allah berfirman:
“وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا”
Artinya: “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh karena Ku, maka kami akan tunjukkan jalan-jalan kami kepadanya “ ( QS. Al ‘Ankabut : 69).
Adapun tingkatan yang kedua, yaitu mereka yang seimbang antara khauf dan roja nya, sehingga ibadah mereka sudah berpindah tingkatannya kepada yang lebih tinggi, yaitu ibadah pembersihan jiwa.
Ibadah mereka adalah qolbiyah yaitu sifatnya hati. Adapun tingkatan yang terakhir, yaitu mereka orang-orang yang sampai kepada Allah Ta’ala, dimana unsur roja rasa harapnya lebih besar dari pada khauf rasa takutnya.
Mereka yang tidak melihat dirinya dalam perbuatannya, akan tetapi mereka hanya melihat qodho dan qodar Allah di dalamnya.
Mereka tidak melihat daya dan kekuatan dalam dirinya, kecuali daya dan kekuatan Allah semata, yaitu maqom” لَاْ حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ “. Allahu A’lam
Laporan: Abdullah AlYusriy
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid